Kamis 04 Nov 2021 15:45 WIB

'Musim' Deklarasi Capres Oleh Relawan Jelang Akhir 2021

Pengamat memprediksi deklarasi capres oleh kelompok relawan akan terus bermunculan.

Rep: Nawir Arsyad Akbar, Rizky Suryarandika, Rr Laeny Sulistyawati, Antara/ Red: Bayu Hermawan
Relawan yang menamakan diri Poros Prabowo-Puan mendeklarasikan diri untuk mengusung Prabowo Subianto-Puan Maharani pada Pilpres 2024 di kawasan Matraman, Jakarta, Rabu (3/11).
Foto:

Menanggapi banyaknya deklarasi Capres oleh kelompok relawan dalam beberapa waktu terakhir, peneliti senior Populi Center, Usep S Ahyar, menganggap sebagai hal yang wajar Ia menilai masing-masing deklarasi punya tujuan berbeda. 

Usep menganalisa ada Capres-Cawapres yang ingin mengatrol elektabilitasnya karena belum terkenal lewat deklarasi seperti Puan Maharani. Kemudian ada juga yang melakukannya demi meraih simpati parpol seperti dilakukan Anies Baswedan atau Ganjar Pranowo.

"Deklarasi itu alamiah, sebentar lagi akan lebih banyak. Saya kira targetnya macam-macam," kata Usep kepada Republika.co.id, Kamis (4/11).

Usep menilai deklarasi Capres-Cawapres bisa bertujuan melihat elektabilitas atau cek ombak di hadapan publik. Tujuan lain ada tokoh yang ingin menunjukkan kesungguhannya kepada parpol.

"Targetnya masing-masing berbeda ya. Tapi dengan deklarasi diharapkan popularitas, elektabilitas, akseptabilitas meningkat. Maka kemudian parpol tak ada pilihan harus pilih dia kalau mau menang gitu kan," ujar Usep.

Usep menangkap maksud sebagian tokoh khawatir tak diusung di Pilpres 2024 seperti Anies dan Ganjar. Padahal mereka punya elektabilitas tinggi, tapi terhalang restu parpol.

"Calon dengan elektabilitas tinggi ketar-ketir juga siapa yang mau calonkan karena perlu 20 persen suara parpol atau gabungan parpol," sebut Usep.

Selain itu, Usep menyinggung parpol pasti memantau perkembangan politik Tanah Air, termasuk mengenai Capres/Cawapres potensial. Oleh karena itu, bermunculannya deklarasi dianggap bisa menggoyang hati parpol agar mengusung si Capres/Cawapres.

"Keputusan partai dilihat macam-macam termasuk dinamika politik dan dukungan masyarakat terhadap dia," ucap Usep.

Sementara pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indria Samego, menilai langkah yang dilakukan para relawan tersebut tergolong baru. menurutnya upaya ini dilakukan oleh calo-calo politik yang mencari nama dan pekerjaan proyek politik. Kendati demikian, Indria mengakui langkah ini bisa jadi tolok ukur popularitas atau elektabilitas calon. 

"Tapi semua kan bergantung pada partai politik (parpol) sebagai kendaraan politik (untuk mencalonkan jadi capres)," katanya.

Terkait apakah dukungan relawan ini efektif, ia menilai itu terkait hasil. Jadi, dirinya tak mau terburu-buru menilai masalah ini karena prosesnya masih lama. Apalagi, dia melanjutkan, pemilihan presiden (pilpres) Indonesia masih lama digelar yaitu 2024 mendatang.

Oleh karena itu, ia meminta tokoh-tokoh yang masih menjabat supaya fokus dulu pada tugas masing-masing, jangan fokus pada mobilisasi massa. Sebab, dia mempertanyakan bagaimana kinerja tokoh bisa diketahui memuaskan jika masa jabatannya saja masih berjalan. 

"Misalnya Anies sebagai Guberjur DKI Jakarta masih di tengah jalan dan harus menyelesaikan kepemimpinannya hingga 2022 mendatang," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement