Selasa 02 Nov 2021 17:04 WIB

Peran Sentral Indonesia dalam Perubahan Iklim Global Dinanti

Indonesia telah menunjukkan banyak perubahan signifikan dalam pengendalian iklim.

Para Pemimpin Dunia berfoto bersama saat resepsi malam untuk menandai hari pembukaan KTT Iklim PBB COP26, di Glasgow, Skotlandia, Senin, 1 November 2021.
Foto: AP/Alberto Pezzali/AP POOL
Para Pemimpin Dunia berfoto bersama saat resepsi malam untuk menandai hari pembukaan KTT Iklim PBB COP26, di Glasgow, Skotlandia, Senin, 1 November 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fergi Nadira, Iit Septyaningsih, Dessy Suciati Saputri

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim COP26 resmi dimulai di Glasgow, Skotlandia pada Senin (1/11) waktu setempat. Sekurangnya 130 kepala negara dan pemerintahan bertemu untuk membahas perubahan iklim yang mengintai dunia.

Baca Juga

Pada kesempatan KTT COP26, Indonesia mendapatkan urutan keempat, berbicara setelah Spanyol, Mauritania, dan Amerika Serikat (AS). Dalam pidatonya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya kemitraan dan kerja sama serta kolaborasi global dalam penanganan isu perubahan iklim.

Presiden Jokowi, ungkap Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi dalam press briefing, Selasa (2/11) waktu Indonesia, menjelaskan perihal apa saja yang sudah dikerjakan Indonesia dalam pemenuhan Net Zero Emission atau Nol Emisi Karbon, terutama dari sisi kehutanan. Jokowi merinci capaian sektor kehutanan antara lain pengembangan ekosistem mobil listrik, pembangunan pembangkit tenaga surya terbesar di Asia Tenggara, pemanfaatan energi baru terbarukan, biodiesel, serta industri berbasis clean energy serta pembangunan kawasan industri hijau terbesar di dunia yaitu di Kalimantan Utara.

"Presiden juga menjelaskan upaya Indonesia untuk memobilisasi pembiayaan iklim dan pembiayaan inovatif seperti pembiayaan campuran, obligasi hijau, dan sukuk hijau," ujar Retno.

Lebih lanjut Presiden Jokowi menyampaikan bahwa penyediaan pendanaan iklim dengan mitra negara maju merupakan game changer dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di negara-negara berkembang. Dalam pidatonya, presiden, kata Retno, juga mengatakan mengenai carbon marker dan carbon price yang harus menjadi bagian dari upaya penanganan isu perubahan iklim.

Menurut Jokowi, ekosistem ekonomi karbon yang transparan, inklusif, dan adil harus diciptakan semua negara. Dalam pidato penutupannya, Jokowi menyampaikan atas nama forum negara kepulauan dan negara pulau-pulau kecil atau Archipelago and Island States (AIS).

"Indonesia merasa terhormat dapat mensirkulasi pernyataan bersama para pemimpin forum AIS dan menekankan sudah menjadi komitmen forum AIS untuk terus melanjutkan kerja sama kelautan dan aksi iklim di United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC)," ujar Retno.

KTT COP26 akan menyatukan para pihak untuk mempercepat tindakan menuju tujuan Perjanjian Paris dan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim. Inggris sebagai tuan rumah KTT berkomitmen untuk bekerja dengan semua negara dan bergabung dengan masyarakat sipil, perusahaan, dan orang-orang di garis depan perubahan iklim untuk menginspirasi aksi iklim menjelang COP26.

Sementara itu, kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar, Indonesia telah menunjukkan banyak perubahan signifikan dalam pengendalian iklim atau dampak perubahan iklim global. Menurut Siti, kemajuan Indonesia tersebut realistis dan telah mendapatkan pengakuan dari banyak pihak.

“Jadi bukan mengada-ada atau kita memuji-muji diri sendiri itu tidak. Jadi memang realistis bahwa Indonesia mengalami banyak kemajuan,” ujar Siti.

Indonesia juga mengumumkan komitmennya terhadap inisiatif perubahan iklim global, yaitu dengan pencapaian net-zero emission pada 2060. Sekaligus Kontribusi yang ditetapkan secara nasional (NDC) yang menuangkan target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada 2030. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement