Selasa 02 Nov 2021 13:41 WIB

Timur Tengah Terancam Krisis Iklim, Ini Buktinya

COP26 di Glasgow bertujuan agar pemerintah mengambil tindakan terhadap krisis iklim

Jalan-jalan banjir setelah Badai Tropis Shaheen menghantam Wilayat Al-Khaburah di Oman, 04 Oktober 2021. Shaheen sehari sebelumnya mengemas kecepatan angin hingga 116 kilometer per jam dan diperkirakan akan menguat menjadi siklon tropis kategori 1, kata pihak berwenang. Sedikitnya sepuluh orang tewas akibat banjir dan satu orang lainnya hilang.
Foto: EPA-EFE/HAMID ALQASIMI
Jalan-jalan banjir setelah Badai Tropis Shaheen menghantam Wilayat Al-Khaburah di Oman, 04 Oktober 2021. Shaheen sehari sebelumnya mengemas kecepatan angin hingga 116 kilometer per jam dan diperkirakan akan menguat menjadi siklon tropis kategori 1, kata pihak berwenang. Sedikitnya sepuluh orang tewas akibat banjir dan satu orang lainnya hilang.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Meiliza Laveda

JAKARTA – Konferensi Perubahaan Iklim PBB atau COP26 yang diadakan Glasgow bertujuan agar pemerintah mengambil tindakan terhadap krisis iklim yang semakin berkembang. Ada beberapa wilayah yang menghadapi krisis iklim, yakni di Timur Tengah dan Afrika Utara. Berikut laporannya seperti yang dirangkum Middle East Eye, Selasa (2/11), selama dua tahun terakhir:

Baca Juga

1. Kota besar terancam hilang

Kota-kota pesisir di Mesir dan Irak dapat tenggelam pada 2050 sebagai akibat dari naiknya permukaan laut. Penelitian yang dilakukan oleh organisasi nirlaba berbasis di AS, Climate Central, telah melipatgandakan perkiraan awal kerentanan global terhadap kenaikan permukaan laut dan banjir pesisir.

Data Climate Central menunjukkan Basra, kota terbesar kedua di Irak, sebagian dapat terendam banjir akibat naiknya air laut, yang menyebabkan ribuan orang mengungsi dari rumah mereka. Penelitian juga menunjukkan Kota Alexandria di Mesir terancam hilang yang menambah kekhawatiran bagian-bagian kota sudah tenggelam karena naiknya permukaan air.

2. Suhu mencapai 50 derajat Celsius

Empat negara di Timur Tengah harus menghadapi suhu melampaui 50 derajat Celsius pada Juni 2021. Keempat negara itu adalah Oman, Iran, Kuwait, dan Uni Emirat Arab mengalami suhu yang menyamai atau menantang rekor nasional.

Suhu ekstrem itu telah didokumentasikan sebagai peningkatan frekuensi yang signifikan di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Pada 2020, sebuah penelitian yang diterbitkan di Science Advances menunjukkan bagian Timur Tengah, khususnya wilayah Teluk, mungkin tidak dapat dihuni manusia jika kondisi saat ini terus berlanjut.

3. Jutaan orang menghadapi kekeringan

Kekeringan yang kerap berlangsung dapat membahayakan kehidupan lebih dari 12 juta orang di Irak dan Suriah. Dalam pernyataan bersama, 13 kelompok bantuan mengatakan adanya risiko bencana karena kenaikan suhu, rekor curah hujan yang rendah, dan kekeringan yang mengancam akses ke air minum, air irigasi, dan listrik saat bendungan mulai mengering.

Menurut PBB, Suriah menghadapi kekeringan terburuk dalam 70 tahun sementara Irak menghadapi musim terkering kedua dalam 40 tahun sebagai akibat dari rekor curah hujan yang rendah.

4. Banjir telah merusak garis pantai

Banjir bandang yang terjadi pada awal Agustus 2021 menghancurkan Laut Hitam Turki dan menewaskan puluhan orang. Kehancuran terjadi tepat ketika negara yang dilanda bencana itu mengendalikan ratusan kebakaran hutan di sepanjang pantai selatannya yang indah. Banjir melanda Turki pada pekan yang sama ketika panel PBB mengatakan pemanasan global hampir tidak terkendali dan cuaca ekstrem akan menjadi lebih parah.

5. Polusi telah menutup kota

Kabut asap beracun yang menggantung di Iran selama berhari-hari pada November 2019 memaksa pihak berwenang menutup sekolah dan universitas serta memerintahkan orang untuk tetap berada di dalam rumah mereka.

Lonjakan polusi serupa memiliki efek mematikan pada tahun 2016. Lebih dari 400 orang diperkirakan meninggal dalam waktu kurang dari sebulan selama periode tersebut. Menurut laporan Bank Dunia yang dirilis tahun 2018, sebagian besar polusi kota disebabkan oleh kendaraan berat, sepeda motor, kilang, dan pembangkit listrik.

Baca juga : AS dan Indonesia Sepakat Mendesak Mitigasi Perubahan Iklim

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement