Senin 01 Nov 2021 05:25 WIB

Semua akan Menjadi Bank Digital pada Waktunya

OJK sudah menggelar karpet merah perkembangan bank digital di Indonesia

Diskusi Bank Digital menghadirkan Ekonom CORE Piter Abdullah dan Ekonom Bursa Efek Indonesia Poltak Hodradero di Bali, akhir Oktober 2021.
Foto:

Oleh : Elba Damhuri, Jurnalis/Kepala Republika.co.id

Contoh Kasus Bank Jago

Bank Jago boleh dikatakan menjadi pionir bank digital di Indonesia. Ketika bank-bank lain masih sibuk dengan layanan digital (digital banking), maka Bank Jago sudah mencuri start dengan menjalankan fungsinya sebagai bank digital.

Dirut Bank Jago Kharim Siregar mengatakan kunci bisnis Bank Jago ada pada ekosistem dan perluasan basis nasabah. Dengan basis nasabah yang besar, kata Kharim, bank memiliki big data dan menganalisisnya untuk kepentingan bisnis.

Pada kuartal III 2021, Bank Jago membukukan laba bersih sebesar Rp 14 miliar setelah enam tahun mencatat kerugian. Sampai akhir September 2021, Bank Jago menyalurkan kredit sebesar Rp 3,73 triliun atau melonjak 502 persen dari periode yang sama tahun lalu. 

Kharim menilai persentase kenaikan penyaluran kredit terkesan tinggi karena berangkat dari garis dasar atau baseline yang rendah. Pendapatan bunga Bank Jago sebesar 478 persen, menjadi Rp 355 miliar. 

Dari catatan kinerja ini dapat terlihat ada tren positif bagi perkembangan industri bank digital ke depannya. Belum lagi catatan kinerja saham-saham bank digital pun cukup menjanjikan.

Memang, bank-bank digital menghadapi tantangan serius untuk bisa terus bergerak dengan risiko-risiko yang ada di depan mata mereka.

Tantangan-tantangan itu antara lain, pertama, bank digital butuh SDM mumpuni terutama dari sisi ahli teknologi. Kedua, bank digital harus terus meluaskan basis dan jumlah nasabahnya. Semakin besar nasabah, semakin bagus bagi bank digital.

Baca juga : AP II Catat Tingginya Minat Penumpang Vaksinasi di Bandara

Ketiga, nasabah yang banyak tidak cukup. Bank digital harus mampu mendorong nasabah-nasabah ini aktif bertransaksi. Akan menjadi kemubaziran jika nasabah banyak, namun minim transaksi.

Keempat, ekosistem menjadi sangat penting selain merangkul nasabah-nasabah individu. Beberapa contoh sukses bank digital terletak pada kemampuan mereka mengelola dan memperkuat ekosistem.

photo
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar - (Istimewa)

 

Kelima, dukungan modal tentu menjadi tak terhindarkan. Modal yang kuat bisa mempermudah bank digital melakukan penetrasi dan menjaga ekosistem.

 

BACA JUGA: Gebrakan Bank Digital: Selamat Datang di Era Neo Bank!

Keenam, isu keamanan data dan transaksi menjadi utama. Bisnis bank adalah bisnis kepercayaan dan keamanan data menjadi sangat krusial.

Dan ketujuh, kemampuan mengelola manajemen risiko ikut menjadi penentu mampu tidaknya bank-bank digital menjawab tantangan-tantangan di atas.

Akhir kata, bisa jadi benar, pada masa depan --10 tahun dari sekarang, bahkan bisa 5 tahun lagi-- semua akan menjadi bank digital pada waktunya. Kita lihat saja.

BACA JUGA: Menengok Fenomena Dahsyat Bank Digital

BACA JUGA: Prospek Bank Digital Sangat Menjanjikan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement