Sabtu 30 Oct 2021 18:38 WIB

Indonesia Waspada Banjir Akibat La Nina, Ini Antisipasi PUPR

Prediksi BMKG, pola hujan mulai akhir 2021 hingga awal 2022 dipengaruhi La Nina.

Warga memakai mantel dan payung saat hujan di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (27/10). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan peringatan dini waspada fenomena La Nina menjelang akhir tahun 2021 yang menyebabkan peningkatan curah hujan. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga memakai mantel dan payung saat hujan di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (27/10). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan peringatan dini waspada fenomena La Nina menjelang akhir tahun 2021 yang menyebabkan peningkatan curah hujan. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Himpunan Ahli Teknik Hidarulika Indonesia (HATHI) menyiapkan sejumlah langkah menghadapi Badai La Nina yang berpotensi menyebabkan banjir di Indonesia. Sebagian wilayah di Indonesia saat ini sudah masuk musim penghujan.

"Sesuai prediksi BMKG, pola hujan mulai akhir 2021 hingga awal 2022 dipengaruhi oleh La Nina," kata Sekjen Kementerian PUPR Zainal Fattah dalam sambutannya secara daring dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) HATHI di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Sabtu (30/10).

Baca Juga

Menurut dia, Indonesia merupakan salah satu negara yang dianugerahipotensi sumber daya air yang besar. Potensi besar itu, lanjutnya, menuntut pengelolaan yang baik dan berkelanjutan.

"Potensi sumber daya air kita sejatinya juga menyimpan potensi menyebabkan kerusakan yang juga besar. Kejadian bencana alam menunjukkan kecenderungan meningkat," ujarnya.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana, khusus kejadian banjir setidaknya telah terjadi 750 kejadian pada 2019, meningkat menjadi 1.000 kejadian pada 2020 dan 2021 sudah menunjukkan tren yang sama. Di sisi lain, lanjut dia, pihaknya juga mencermati hasil kajian dari beberapa pihak yang menunjukkan bahwa kecenderungan peningkatan kejadian bencana hidrometeorologi atau bencana yang dampaknya dipicu oleh kondisi cuaca dan iklim dengan berbagai parameternya.

"Bencana hidrometeorologi merupakan salah satu dampak perubahan iklim global. Untuk kawasan tropis dimana kita tinggal, perubahan iklim berdampak dalam intensitas hujan," ujarnya.

Sebagaimana prediksi BMKG akan terjadi Badai La Nina, lanjut dia, pihaknya telah melakukan langkah-langkah di antaranya mengaktifkan satgas penanggulangan bencana untuk melakukan monitoring semua infrastruktur yang ada di Indonesia agar bisa mengetahui berapa volume banjir. "Kami juga melaksanakan SOP siaga bencana di 250 bendungan dengan volume tampungan 4,7 meter kubik (m3)," katanya.

Sementara itu, Ketua Umum HATHI Ir. Jarot Widyoko dalam sambutannya secara daring menyatakan kawasan Indonesia diprediksi dilewati Badai La Nina dengan intensitas hujan diperkirakan 70 persen dari biasanya. "Untuk itu, kami mengharapkan mulai dari diri pribadi, institusi termasuk dari balai balai yang ada bergerak mengosongkan atau meminimalkan tampungan-tampungan yang bisa diatur," katanya.

Namun, lanjut dia, harus diperhatikan juga kebutuhan minimal untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) maupun kebutuhan air baku. "Waduk atau bendungan bisa menerima air secara maksimal atau mengurangi debit yang diakibatkan intensitas hujan tinggi," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement