REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Tumpukkan sampah plastik yang terus bertambah menganggu aktivitas nelayan payang (jaring) pesisir Teluk Lampung. Tidak ada pengurangan volume sampah di kawasan kampung nelayan Sukaraja. Pemandangan tersebut sudah berlansung sejak 30 tahun lalu.
Berdasarkan pemantauan Republika.co.id, Selasa (26/10), aktivitas nelayan payang (menebar jaring di tengah laut lalu ditarik ke darat) masih tetap berlansung meski sampah-sampah plastik rumah tangga mengganggu pencarian ikan. Jaring-jaring nelayan yang ditebar di tengah laut, kerap mendapatkan ikan yang telah bercampur sampah-sampah plastik rumah tangga.
Sampah-sampah plastik tersebut berasal dari limbah rumah tangga yang dibawa dalam saluran sungai (kali) dalam kota saat hujan turun, dan bermuara di pesisir Teluk Lampung. Warga kampung nelayan Sukaraja, Telukbetung, Bandar Lampung tak mampu menghindari banyaknya sampah yang sudah menumpuk.
“Kalau sudah menumpuk seperti ini, kami yang tinggal disini tidak bisa berbuat banyak. Selain kami bersihkan seperlunya saja untuk menjaring ikan,” kata Erwan (41 tahun), nelayan pesisir Sukaraja.
Dia mengatakan, tidak ada penurunan jumlah volume sampah di kawasan pesisir Kampung Nelayan Sukaraja. Saat hujan turun, sudah dapat dipastikan sampah-sampah rumah tangga akan berdatangan ke laut, dan menepi di pesisir Teluk Lampung.
Edi, nelayan lainnya mengatakan, keberadaan sampah plastik sudah sangat menganggu aktivitas nelayan payang. Sampah-sampah plastik dari rumah tangga tersebut tergenang di laut dan menumpuk di pantai. Sehingga, jaring-jaring nelayan yang sudah ditebar di tengah laut, banyak sampahnya.
"Sampah-sampah plastik tidak pernah hilang. Kami nelayan sudah sulit mencari ikan di laut, karena banyak sampah. Banyak sampah yang dijaring dibandingkan ikannya," kata Edi (54 tahun).