REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyebut polemik pembukaan wisata edukasi Glow Kebun Raya Bogor yang terbaik dikembalikan kepada kajian cepat pihak terkait mengenai pencocokan data-data agar mengenai dampak terhadap ekosistem lingkungan.
"Untuk Glow kita kembalikan ke data-data. Saya sudah bertemu dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sudah berkoordinasi tim IPB, ya masih fokus kepada mencocokkan data-data yang didapat, kajian yang didapat," kata Bima.
Bima Arya mengatakan kajian cepat bersama antara BRIN dengan peneliti dari IPB akan memastikan agar bisnis wisata malam hari dengan menggunakan lampu warna warni, benar-benar tidak berdampak kepada ekosistem lingkungan.
Setelah hasil kajian cepat para peneliti tersebut ada, maka BRIN yang menaungi konservasi di Kebun Raya Bogor itu akan memutuskan mengenai pembukaan wisata Glow.
Bima pun menegaskan, meskipun begitu Pemerintah Kota Bogor akan memberikan masukan atas kajian tersebut kepada BRIN karena Kebun Raya Bogor masih masuk ke dalam wilayahnya.
"Jadi keputusan Glow itu kita akan memberikan masukkan, semuanya akan kita berikan masukkan kepada BRIN, memang di dalam Kebun Raya itu ototitas BRIN, tapi Kebun Raya bagian dari Pemerintah Kota Bogor ya," kata Bima.
Menurut Bima Arya sesuai rekomendasi Pemerintah Kota Bogor untuk dilakukan kajian agar pihak terkait tidak gegabah membuka wisata malam di Kebun Raya, maka aktivitas yang mungkin dirumorkan wisata Glow telah dibuka menerima kunjungan adalah kegiatan kajian tersebut.
"Itu pasti uji coba internal, karena saya minta jangan dibuka dulu, disetop dulu," katanya.
Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto memberikan tiga poin tanggapan yang perlu diperhatikan semua pihak soal suara masyarakat yang kurang berkenan terhadap bisnis program Wisata Edukasi Glow di Kebun Raya Bogor oleh PT Mitra Raya Natura (MRN).
Pertama mengenai kewenangan konsevasi di Kebun Raya Bogor ada di BRIN, kedua Kota Bogor belum masuk PPKM level 2 dan ketiga Pemerintah Kota Bogor menunggu hasil kajian dari peneliti IPB untuk memberi masukan kepada BRIN.
Diketahui, rencana pembukaan wisata edukasi Glow sempat mengalami penolakan dari empat mantan petigginya, antara lain mantan Kepala Kebun Raya Bogor periode 1983-1987 Usep Soetisna, periode 1990-1997 Suhirman, periode 1997-2003 Dedy Darnaedi dan periode 2003-2008 Irawati yang menyampaikan kritik melalui surat terbuka dengan alasan bisa mengganggu ekosistem.
Begitupun para budayawan Jawa Barat yang merasa terusik dengan hadir wisata Glow yang digagas PT MRN, karena dianggap tidak menghormati budaya sunda. Gelombang protes pun terus dilakukan para budayawan baik di area depan gerbang Kebun Raya Bogor, Balai Kota Bogor dan Gedung DPRD Jawa Barat sejak beberapa minggu lalu.
Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr. Melani Abdulkadir Sunito pun sempat mengatakan rencana pemasangan lampu sorot (glow) untuk atraksi wisata malam akan memberikan tambahan tekanan lingkungan bagi Kebun Raya Bogor.
Melani yang merupakan dosen dari Departemen Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB menuturkan seluruh pengembangan yang dilakukan untuk kebun raya semestinya memikirkan dampak terhadap kebun raya.
Dikatakannya, Kebun Raya Bogor merupakan ekosistem yang sudah terbentuk selama lebih dari 200 tahun, dan dalam proses itu telah mengelola diri dengan sangat luar biasa ketika menghadapi berbagai tekanan dari luar. Untuk itu, dia berharap semua pihak tidak menambah tekanan pada kebun raya itu.
Ia menuturkan otentisitas dari Kebun Raya Bogor juga harus dijaga. Kebun Raya Bogor hendaknya tidak dilihat sebagai taman rekreasi biasa semata, karena kebun raya tersebut memiliki nilai historis dan fungsi strategis yang penting bagi lingkungan dan manusia.