REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Klaster penyebaran Covid-19 dari kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) di Solo meluas ke tingkat SMP dari sebelumnya hanya ditemukan pada siswa dan guru SD. Meski demikian, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menegaskan kegiatan PTM tetap berjalan terus bagi sekolah yang tidak ditemukan kasus Covid-19.
Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 Solo, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 ditemukan di SMP Negeri 4 ada satu siswa dan SMP Negeri 8 sebanyak 11 siswa. Sebelumnya, klaster Covid-19 ditemukan di lima SD dengan total 47 siswa dan guru yang terkonfirmasi positif.
Gibran mengatakan, sekolah yang ditemukan kasus Covid-19 sudah ditutup sementara. Pemkot terus melakukan pengujian secara acak (random sampling) dan memastikan semua guru serta staf sekolah sudah divaksin.
"Kebetulan kemarin ada beberapa murid belum divaksin dan positif. Sekolah sudah kami tutup dulu untuk sementara, yang jelas sekolah-sekolah lain yang tidak terdampak, PTM jalan terus," kata Gibran kepada wartawan, Kamis (21/10).
Menurutnya, pertimbangan PTM terus dilanjutkan karena sekolah sudah tutup hampir dua tahun sejak pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia. Dia menyayangkan jika sekolah harus ditutup lagi karena hanya beberapa kasus. Selain itu, kondisi siswa yang terpapar Covid-19 sebagian besar termasuk orang tanpa gejala (OTG) sehingga diyakini segera sembuh.
"PTM tetap dilanjutkan, tidak ada penundaan PTM, PTM tetep jalan. Random sampling tetep jalan," ucapnya.
Menurutnya, potensi penularan Covid-19 lebih banyak dari interaksi saat di luar sekolah. Sebab, pelaksanaan PTM di sekolah hanya satu sampai dua jam dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Karenanya, Gibran meminta dukungan dari para orang tua murid dalam memonitor anak-anak mereka sepulang dari sekolah.
"Wajib dijemput, wajib langsung pulang ke rumah. Pada nongkrong pada ke mal itu tidak boleh. Saya tidak menyalahkan pihak sekolah, tapi monitoring murid-murid kegiatan di luar sekolah itu kadang-kadang kita kecolongan. Makanya kita butuh bantuan dan perhatian dari orang tua murid, anak-anak pulang sekolah harusnya SOP langsung pulang," paparnya.
Penularan Covid-19 pada anak-anak lebih berisiko lantaran usia 12 tahun ke bawah belum diperbolehkan mendapatkan vaksinasi Covid-19. Gibran mengaku masih menunggu kebijakan pemerintah pusat terkait vaksinasi anak-anak di bawah 12 tahun.
"Saya nunggu perintah saja. Kalau 12 tahun ke bawah boleh vaksin saya langsung suntik saja," tutupnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, mengatakan, penelusuran (tracing) kontak erat dan kontak dekat dari klaster PTM dilakukan berdasarkan rumus dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Dia me menjelaskan, satu sekolah rata-rata diambil sampel sebanyak 33 orang terdiri dari siswa dan guru. Jika ditemukan satu orang positif Covid-19 maka dibagi 33 dimana hasilnya tidak sampai 1 persen. Sehingga tracing untuk dilakukan swab PCR tidak menyeluruh.
Namun, jika dari sampelnya tersebut ada 2-5 persen yang hasilnya positif, maka seluruh populasi di sekolah tersebut dilakukan swab untuk tracing. "Nah, swab acak pertama di SMP Negeri 8 itu hasilnya ada 11 orang, jadi nanti tracing-nya pasti luas," ungkap Siti.