Ahad 17 Oct 2021 21:34 WIB

Perintis Rumah Hijau Denassa Raih Kalpataru 2021

Penghargaan Kalpataru merupakan penghargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andi Nur Aminah
Darmawan Denassa, pendiri Rumah Hijau Denassa, memegang piala Kalpataru 2021 yang diperolehnya untuk kategori Perintis Lingkungan.
Foto:

Rumah Hijau Denassa

Sejak 2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan program Gerakan Literasi Nasional (GLN). Program tersebut dijalankan berdasarkan hasil forum di Swiss pada 2015, di mana negara-negara yang mengikutinya menyepakati adanya enam literasi dasar.

Literasi dasar tersebut terdiri atas literasi baca tulis, literasi numerik, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi kewargaan. Untuk meningkatkan semua itu, Kemendikbud juga membuat kegiatan atau program residensi.

Salah satu kegiatan residensi tersebut dilaksanakan di Rumah Hijau Denassa (RDH), Gowa, Sulawesi Selatan. RDH merupakan taman baca masyarakat (TBM) yang berawal dari upaya Darmawan Denessa menyelamatkan kekayaan hayati.

"Pada 2007 lalu didirikan sebagai usaha kami menyelamatkan kekayaan hayati sebagai tempat konservasi dan edukasi," ujar Denassa.

Selain koleksi buku, RHD juga memiliki koleksi tumbuhan berbagai jenis. Setidaknya ada sekitar 500 koleksi jenis tumbuhan lokal, endemik, hingga langka. Ada pula puluhan fauna yang hidup di RHD.

"Tidak ditangkar, kita hanya menyediakan tempat yang nyaman bagi mereka untuk tinggal. Mereka memberikan dampak yang luar biasa pada kami dan lingkungan di sekitar kami," tutur Denassa.

Banyak tanaman yang sudah hampir punah dan hanya bisa ditemukan di RHD. TBM RHD ini diakui Denassa tidak hanya untuk warga lokal saja, tetapi juga orang-orang dari luar bisa masuk untuk membaca, belajar, dan bermain.

Denassa dan RHD-nya memang dijadikan tempat belajar oleh anak-anak di sekitar rumah dan desanya. Tak sedikit dari mereka yang menjadi siswa Kelas Komunitas di sana, mulai dari anak-anak tingkat prasekolah hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).

"Dari asalnya sedikit, sekarang sudah hampir 10 desa, ada 14 desa dan kelurahan di sini, itu sudah menjadi bagian dari Kelas Komunitas," jelas Denassa.

Dia menjelaskan, Kelas Komunitas ingin membuat anak didiknya merasa senang ketika belajar di RHD. Kelas di sana pun tidak spesifik diatur berdasarkan usia. Kelas Komunitas menggunakan kelas-kelas tematik dalam belajar.

"Ada kelas membaca, maka usia anak prasekolah sampai SMA bisa bergabung, kesempatan berinteraksi ada di sana dan wajib berinteraksi," ujar dia.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement