Selasa 12 Oct 2021 20:16 WIB

Ancaman Gelombang Ketiga Covid karena Varian Delta Masih Ada

Gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia disebut berpotensi terjadi pada akhir tahun.

Pengendara motor melintas di depan mural tentang Covid-19 di Jakarta, Ahad (10/10). Kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini tengah berada pada tren penurunan. (ilustrasi)
Foto:

Namun, berbeda pendapat dengan IDI, menurut Wiku, virus Covid-19 bukan penyebab tunggal terjadinya lonjakan kasus Covid-19 di berbagai negara di dunia. Lonjakan kasus yang biasa disebut gelombang baru Covid-19 terjadi karena berbagai faktor.

"Perlu dipahami bahwa virus itu sendiri tidak bisa dijadikan sebagai entitas tunggal penyebab persebaran penyakit, kita perlu melihat faktor-faktor lain yang menstimulasi persebarannya," ujar Wiku dalam konferensi pers secara daring, Selasa (5/10)

Ia menjelaskan, beberapa faktor misalnya terkait dinamika evolusi dan perilaku manusia yang mendukung peningkatan transmisinya yang cukup khas di tiap-tiap wilayah. Wiku mencontohkan, gelombang lonjakan pertama Covid-19 yang berasal dari Wuhan, China dan menyebar ke hampir seluruh negara terjadi akibat masih rendahnya pengetahuan banyak pihak akan virus Covid-19, termasuk para ahli dan ilmuwan di bidang penyakit menular.

Penyebaran Covid-19 dari Wuhan ke negara-negara lain juga diperparah dengan adanya mobilitas yang besar antarnegara saat itu, sehingga menyebabkan pandemi.

"Meningkatnya jumlah kasus-kasusnya, khususnya kasus perawatan di rumah sakit disebabkan oleh belum ditemukannya obat-obat atau vaksinasi yang mendukung upaya kuratif saat itu," kata Wiku.

Sedangkan, gelombang kedua Covid-19 yang dimulai di beberapa negara seperti Inggris, Afrika Selatan dan India disebabkan adanya varian baru. Keberadaan varian baru yang lebih cepat menilai penyebarannya ini, tidak disertai dengan penjagaan mobilitas antarnegara. Akibatnya, lonjakan gelombang kedua ini juga meluas ke negara negara lainnya.

"VOC atau variant of concern yang tidak disertai dengan penjagaan mobilitas antarnegara, menyebabkan gelombang ikutan ke negara-negara tetangga, bahkan negara di Asia Tenggara seperti Thailand dan Indonesia," ujar Wiku.

Wiku mengungkap, hasil analisis data studi Rusia pada 2021 mengenai regresi data Covid 19 dari 35 negara di dunia, mayoritas penyebaran varian baru di beberapa negara tersebut terjadi akibat pergerakan domestik yang memperparah penyebaran varian impor. Sedangkan, di negara seperti Spanyol, Jepang dan Korea Selatan, peningkatan signifikan terjadi akibat penularan di komunitas atau klaster.

Sementara, untuk gelombang ketiga infeksi Covid-19 yang saat ini terjadi di Kentucky, Amerika Serikat, disebabkan oleh distribusi varian baru yaitu varian R1 dan Mu di Columbia. Selain itu, lonjakan gelombang ketiga juga disebabkan karena pembukaan sektor sosial ekonomi yang tidak disertai kepatuhan protokol kesehatan yang tinggi, seperti lonjakan kasus di Singapura, beberapa negara di Eropa dan Afrika.

Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Laura Navika Yamani menilai, masyarakat Indonesia yang telah mendapatkan vaksin Covid-19 dua dosis belum membutuhkan penguat (booster). Alasannya, karena kasus Covid-19 di Tanah Air kini tengah melandai.

"Untuk saat ini saya rasa tidak perlu ada booster vaksin Covid-19 dosis ketiga. Berbeda dengan Amerika Serikat (AS) yang kasus hariannya 100 ribu, kasus Covid-19 di Indonesia kini sudah melandai," ujarnya saat dihubungi Republika, Senin (11/10).

Ia menambahkan, berbeda halnya saat Indonesia mengalami puncak kasus Covid-19 di pertengahan 2021 lalu. Saat itu, dia menambahkan, banyak tenaga kesehatan (nakes) yang terinfeksi virus ini. Sehingga,  ia mengakui booster vaksin  Covid-19 untuk nakes perlu dilakukan karena untuk menyelamatkan tenaga medis dari infeksi virus.

"Tetapi kalau kondisinya sudah mereda belum perlu. Mungkin yang perlu diperhatikan pemerintah adalah bagaimana pemerataan vaksin, bukan booster," katanya.

Ia menambahkan, pemerataan vaksinasi Covid-19 penting dilakukan untuk mengejar target kekebalan komunitas (herd immunity) bahwa, 70 persen dari total penduduk harus telah mendapatkan vaksin. Kemudian, dia melanjutkan, jika target cakupan vaksinasi Covid-19 sudah diwujudkan dan vaksin buatan dalam negeri Merah Putih sudah tersedia, maka bisa mulai dipikirkan apakah program booster vaksin untuk masyarakat Indonesia.

 

photo
Lima Hal yang tak Boleh Dilewatkan Selama Ada Varian Delta - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement