REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah II Jawa Barat memutuskan untuk menghentikan Pembelajaran Tatap Muka (PTM), di SMAN 6 dan SMAN 7 Bogor hingga waktu yang belum ditentukan. Sebab, dua sekolah tersebut terlibat aksi kekerasan, yang menyebabkan siswa SMAN 7, RM (17 tahun) meninggal dunia pada Rabu (6/10) malam.
Kasie Pengawas KCD Pendidikan Wilayah II Jawa Barat, Irman Khaeruman mengatakan, surat penghentian PTM itu sudah disampaikan kepada masing-masing sekolah. “Kami sudah menyampaikan surat, termasuk ke Satgas Covid kalau untuk SMAN 6 dan SMAN 7 Bogor kita tunda PTM-nya, sampai batas waktu yang tidak ditentukan,” ujar Irman kepada Republika.co.id, Jumat (8/10).
Irman menjelaskan, KCD akan melakukan evaluasi lebih lanjut kepada dua sekolah tersebut. Terkait dengan langkah-langkah upaya yang akan dilakukan.
Di samping itu, pihaknya juga akan berfokus terlebih dahulu kepada 113 sekolah lain di tingkat SMA dan SMK, agar PTM bisa berlanjut. Sebab, dia tidak ingin kejadian ini menyebabkan PTM ditunda setelah baru dilaksanakan selama tiga hari sejak Senin (4/10).
“Kita fokus ke instansi atau ke personal saja. Tetapi untuk sekolah, hanya dua sekolah tersebut yang kita tunda,” tegasnya.
Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim turut mendukung keputusan KCD terhadap dua sekolah yang bersangkutan. Apalagi, pada Rabu siang, dia bersama Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro memimpin apel Pelajar Sadar Protokol Kesehatan. Dalam apel tersebut, Kapolresta menginginkan PTM berjalan dengan lancar, aman dan tertib.
“Jangan sampai ada kerumunan apalagi sesuatu yang meresahkan masyarakat,” ujar Dedie.
Dia mengatakan, tidak ada tempat dan kesempatan lagi bagi mereka-mereka yang ingin mengacaukan dan ingin membuat suasana Kota Bogor tidak kondusif. “Kemudian nanti malah kontraproduktif dengan rencana PTM,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro terus mengimbau agar para siswa tidak berkerumun sepulang sekolah. Hal itu juga menghindari adanya aksi tawuran yang kerap terjadi di antara siswa antar sekolah.
“Ketika ada yang berkerumun, petugas akan foto mereka dari sekolah mana, kita bersurat kepada sekolah tersebut, memberikan teguran sekaligus mengevaluasi pelaksanaan PTM yang dilaksanakan. Berarti pelajar ini tidak memanfaatkan waktu PTM ini dengan sebaik-baiknya,” jelasnya
Susatyo berharap, PTM di Kota Bogor bisa berjalan dengan tertib. Sehingga sekolah lain yang belum menggelar PTM bisa menyusul, dan tidak menimbulkan klaster baru. Mengingat angka kasus Covid-19 di Kota Bogor mulai menurun.
Baca juga : Dinkes Gelar Skrining Berkala di SMP Gelar PTM