Jumat 01 Oct 2021 20:29 WIB

Jawab Tudingan Gatot, Yudo: TNI AL tak Disusupi Komunis

KSAL Yudo Margono pastikan tak ada komunis di tubuh TNI AL

Rep: Flori Sidebang/ Red: Nashih Nashrullah
Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Yudo Margono, pastikan tak ada komunis di tubuh TNI AL
Foto: ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah
Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Yudo Margono, pastikan tak ada komunis di tubuh TNI AL

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana Yudo Margono, memastikan bahwa TNI AL tidak disusupi paham komunis. Hal ini dia sampaikan setelah beberapa waktu lalu ada tudingan yang menyebutkan terjadinya penyusupan paham komunis di tubuh TNI. 

"Di Angkatan Laut, saya bicara Angkatan Laut ya, tidak adalah sampai saat ini seperti itu (penyusupan paham komunis). Saya jamin, tidak ada Angkatan Laut yang disusupi PKI," kata Yudo di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (1/10). 

Baca Juga

Yudo menuturkan, pihaknya rutin melakukan pembinaan mengenai ideologi Pancasila terhadap seluruh prajurit TNI AL. Tujuannya untuk membentengi dan mengantisipasi para prajurit dari isu maupun paham komunis. 

Dia menjelaskan, TNI AL memiliki Dinas Pembinaan Mental dan Ideologi atau Disbintal yang setiap saat akan memberikan ceramah-ceramah tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Dia menuturkan, pemahaman itu pun telah diberikan kepada para prajurit sejak pertama kali memasuki Angkatan Laut. 

"Bahkan tesnya saja ada tes mental ideologi. Dari awal ini sudah disaring sebenarnya layak atau tidak untuk mereka jadi benteng negara ini. Kalau menjadi benteng negara ini mental ideologinya tidak kuat, ya akan justru putus di jalan pastinya ataupun dia tidak akan kuat untuk menjadi militer seperti ini," jelas Yudo. 

Lebih lanjut Mantan Pangkogabwilhan I ini menyampaikan, pelaksanaan pembinaan mengenai ideologi Pancasila bagi prajurit TNI AL pun mengikuti perkembangan zaman serta kecanggihan teknologi komunikasi dan informasi, seperti media sosial. Salah satu bentuk pembinaan yang dilakukan oleh jajarannya disebut 'Jam Komandan'. 

"Istilahnya kalau di kita ini Jam Komandan. Setiap saat komandan-komandan memiliki tanggung jawab untuk membina para pasukannya. Kita terapkan Jam Komandan," ungkapnya.  

Yudo menjelaskan, Jam Komandan tersebut dilakukan setiap seminggu sekali. Seluruh komandan harus mengambil waktu untuk memberikan pengarahan kepada masing-masing anggotanya mengenai berbagai macam informasi, seperti pembinaan mental ideologi, hingga bagaimana kehidupan berkeluarga.

"Sehingga dari situ, dari semua komandan-komandan yang kecil tadi sampai komandan yang besar ini untuk melaksanakan semua, ada jam komandan," tutur dia. 

"Jadi dengan pembinaan-pembinaan seperti itu supaya mereka (prajurit TNI AL) memiliki mental ideologi yang tangguh dalam menjaga kedaulatan negara ini," tambahnya. 

Sebelumnya diberitakan, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menuding tubuh TNI sedang disusupi paham PKI. Hal itu dia sampaikan pada diskusi webinar Ahad (26/9) malam. 

Gatot mengungkapkan, patung diorama tiga tokoh yang terlibat G30S/PKI di Museum Darma Bhakti Kostrad, yakni Jenderal TNI AH Nasution, Mayjen TNI Soeharto (Panglima Kostrad), dan Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo telah raib.

Dikutip dari akun YouTube Hersubeno Point, Gatot Nurmantyo mengatakan, diorama G30S/PKI yang hilang tersebut adalah momen ketika Pangkostrad yang menjabat saat itu, Mayjen Soeharto memerintahkan Komandan RPKAD Sarwo Edhie Wibowo untuk menumpas PKI.

Pada diorama itu terlihat Mayjen Soeharto berdiri di hadapan Sarwo Edhie. Kemudian, di sebelahnya tampak Jenderal AH Nasution tengah duduk sambil memegang tongkat

Gatot mengaku, awalnya dia tidak percaya saat menerima kabar hilangnya diorama G30S PKI dan patung Pahlawan Revolusi di Markas Kostrad.

Gatot pun mengutus seseorang ke lokasi tersebut untuk mengecek kebenarannya.

Gatot menuturkan, utusannya itu kemudian mengirimkan foto ruangan yang dimaksud sudah dalam keadaan kosong. "Ini sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI," kata Gatot.

"Mengapa saya sampaikan ini? Untuk mengingatkan bahwa indikasi seperti ini apabila dibiarkan maka peristiwa kelam 1965 bisa terjadi lagi. Betapa menyakitkan dan menyedihkan. Yang korban rakyat juga," tambahnya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement