Jumat 01 Oct 2021 08:39 WIB

Sultan Agung dan Ottoman: Membedah Kekaburan Sejarah Bangsa

Sejarah Indonesia memang banyak yang tak masuk akal dan harus direkonstruksi.

Tentara Sultan Agung menyerbu menteng Belanda di Batavia.
Foto: wikipedia
Tentara Sultan Agung menyerbu menteng Belanda di Batavia.

IHRAM.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, Budayawan Betawi.

1. Pasukan  Mataram ikut menjaga Sunda Kalapa 1550-1623.

2. 1623 kontingen Mataram diusir VOC (de Haan, Oud Batavia, 1935). Situasi inilah penyebab perang itu.

3. 1623-1628

Persiapan perang antara lain mencari dana dari Turki Ottoman, misalnya untuk pembentukan pasukan gajah.

4. Perang 1628-29 bukan 24 bulan tapi 1 bulan saja. Perang Itu mahal ongkosnya. Durasi perang antara Desember 1628 - Januari 1629. Tujuan peranguntuk mengkasih pelajaran pada Belanda.  Karena menghina pasukan Mataram 

5. Jalannya perang:

5.1. Pasukan Mataram berjalan sampai Semarang. Kemudian dengan naik kapal menuju pulau Untung (Jawa). Mereka berkemah  di pulau Untung.

5.2. Belanda menyerang Mataram di pulau Untung. Belanda diusir.

5.3. 1 Januari 1629 masyarakat VOC dan pasukan merayakan tahun baru di Beos (sekarang sekitar kawasan stasiun Jakarta Kota) diserang tentara Mataram dengan pasukan gajah. Belanda hancur.

5.4. Markas tentara Belanda di Jl Pakin dibakar. Ratusan tentara Blanda mati. Bekas-bekas masih ada.

Note:

1. Narasi perang versi kitab sejarah resmi tak ada ujung pangkalnya, juga tujuan perang dibuat tak jelas. Berikutnya tak mampu menjelaskan siapa kalah siapa menang. Padahal jelas yang menang perang itu Mataram .

2.  Durasi perang dikesankan dua tahun, seolah perang tak pakai biaya. 

3. Perjalanan pasukan Sultan Agung dari Mataram ke Jakarta jalan kaki, kata mereka. Tiba di Karawang bertani dulu untuk logistik. Mereka tak mengerti kalau Mataram dipilih Ottoman sebagai lokasi 'Kalifah ing Tanah Jawa'. Ongkos perang pasukan Mataram saja tak cukup.

Ini dasar pikiran saya mengapa sejarah buatan kaum amatiran yang beredar selama ini harus didekonstruksi. 

Baca juga : Kampus Asing Pertama di Indonesia Siap Melakukan Perkuliahan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement