REPUBLIKA.CO.ID, PADANG PARIAMAN -- Bupati Padang Pariaman, Suhatri Bur mengatakan, total ada tujuh orang korban meninggal dunia akibat bencana tanah longsor di Nagari (setingkat desa) Pasia Laweh, Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Ketujuh korban adalah keluarga besar yang merupakan keturunan dari Nias.
Suhatri mengatakan, seluruh korban yang sempat hilang sudah ditemukan dan dievakuasi. Kini korban sudah disemayamkan oleh pihak keluarga. "Korban berasal dari dua (kepala) keluarga yang sama-sama keturunan Nias," kata Suhatri, pasca evakuasi, Rabu (30/9)
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatra Barat, Rumainur merinci ketujuh korban meninggal dunia akibat longsor. Mereka adalah Andi Karba Nduru (50 tahun), Yeri Hati Gobasa (46 tahun), Vianus (25 tahun), Esnimar (18 tahun), (Aldi 11 tahun), Wita (8 tahun), dan seorang balita bernama Putri (6 tahun). Dua keluarga ini tinggal di Korong Tanah Taban.
"Semuanya sudah dievakuasi," ujar Rumainur.
Bencana tanah longsor di Kabupaten Padang Pariaman terjadi akibat hujan deras dengan intensitas tinggi dalam dua hari terakhir. Selain tanah longsor di Lubuk Alung, bencana akibat angin puting beliung terjadi di lokasi makam Syekh Burhanuddin di Ulakan Tapakis.
Angin kencang mengakibatkan pohon tumbang. Bencana ini menyebabkan sebanyak 30 unit kendaraan dan 10 kios milik warga tertimpa pohon. Dalam kejadian ini, satu orang warga meninggal dunia dan tiga orang lainnya mengalami luka serius.
Total korban bencana di Padang Pariaman sejak Rabu adalah 8 orang meninggal dunia, 3 luka-luka, 30 kendaraan rusak, dan 10 kios milik warga rusak.