REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Salah satu tema yang dibahas dalam Sarasehan Perayaan Keindonesiaan dari Bumi Tadulako di Kota Palu, Senin (28/9), adalah menggali nilai-nilai kebersihan dari Pancasila. Ini sejalan dengan Gerakan Sadar Bersih yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Palu.
Salah satu yang menjadi pembicara adalah Wakil Ketua Dewan Pengarah BPIP Jenderal (Purn) Try Sutrisno yang juga merupakan wakil presiden RI pada 1993-1998. Dalam pemaparannya, Try mengangkat makna filosofis dari pemaknaan kearifan lokal masyarakat kota Palu yaitu Posiala Pale (saling berpegangan tangan) sebagai wujud dari nilai Pancasila. Yaitu, membangun rasa persaudaraan, memiliki semangat saling membantu, dan meningkatkan sikap penghormatan atas setiap perbedaan.
"Bergandengan tangan itu artinya tangan kita sudah bersih. Oleh karena itu Posiala Pale bermakna nilai-nilai luhur harus dikokohan dengan bergandeng tangan, harus rukun, damai, dan selalu bersatu. Inilah semboyan dari palu, inilah semboyan persaudaraan dan kesatuan. Karena persatuan dan kesatuan harus menjunjung kebersihan hati," kata Try.
Tidak hanya kebersihan hati, Try juga mengingatkan soal kebersihan fisik. Dia mengingatkan agar bangsa lain tidak menyebut indonesia sebagai orang yang suka buang sampah sembarangan.
"Mari kita meletakkan sampah pada tempatnya. Sebagaimana negara maju, dipisah mana kotoran organik, non organik, jangan dicampur aduk. Jangan ditimbun, jangan membuat polusi," kata Try.
"Tumbuhkan disiplin nasional yang rindu akan kebersihan baik badan maupun hati. Leluhur kita mengatakan barang siapa hidupnya bersih maka akan mencapai kemuliaan," kata Try.
Sementara, sejarawan JJ Rizal mengatakan, selain kata Topalu'e yang berarti tanah terangkat dan menjadi asal-usul nama Kota Palu, ternyata ada satu kata lagi yang disinyalir menjadi dasar penamaan Kota Palu. Yakni, Volo yang berasal dari bahasa Kaili yang berarti bambu yang tumbuh dari daerah Tawaeli sampai di daerah sigi. Bambu sangat erat kaitannya dengan masyarakat suku Kaili. Dan, bambu itu pada masa dahulunya oleh masyarakat Suku Kaili digunakan sebagai tandon atau penampung air.
"Dalam konteks kebersihan, air adalah mineral terpenting dalam budaya bersih," kata JJ Rizal.
Menurutnya, dalam peradaban kuno air memiliki peran istimewa untuk kebersihan. Temuan arkeologis menunjukkan manusia telah menggunakan air untuk mencuci dan mandi dalam kebudayaan neolitikum.
"Kota-kota kuno dalam peradaban dunia tumbuh di kawasan tepian sungai maupun laut, begitu pula dengan kota-kota di Nusantara yang ada di tepi sungai atau laut seperti Kota Palu ini," kata JJ Rizal.
Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP Prakoso mengatakan, nilai budaya bersih adalah sikap menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat. Ini merupakan ajaran dari agama maupun leluhur.
"Sehingga, menjalankan menjaga kebersihan bukan cuma intervensi pemerintah, apalagi di masa pandemi ini, ini menjadi sebuah keharusan dalam tata kelola keduipan," kata Prakoso.
Prakoso mengatakan, dalam Gerakan Revolusi Mental, hidup bersih merupakan salah satu dari lima nilai yang dicanangkan pemerintah. Selain kebersihan, nilai lainnya adalah Gerakan Indonesia Tertib, Gerakan Indonesia Mandiri, Gerakan Indonesia Bersatu, dan Gerakan Indonesia Melayani.
"Dimensi bersih ini adalah bagian dari keIndonesiaan, sehingga diharapkan peserta sarasehan ini bisa mengaktualisasikannya di kehidupan sehari-hari," kata Prakoso.
Webinar bertajuk Sarasehan Perayaan Nilai Keindonesiaan dari Bumi Tadulako ini merupakan salah satu rangkaian acara peringatan HUT Kota Palu ke-43. Sejumlah tokoh nasional menjadi pembicara pada sarasehan ini. Di antaranya adalah Gubernur Sulteng Rusdy Mastura, Wakil Ketua Dewan Pengarah BPIP Jenderal (Purn) Try Sutrisno, Wakil Kepala BPIP Prof Hariyono. Selain itu, Wali Kota Palu Hadianto Rasyid, Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP Prakoso, dan artis senior Christine Hakim.