REPUBLIKA.CO.ID, CIPUTAT -- Balita berusia 10 bulan yang sempat viral lantaran tubuhnya dilumuri cat warna silver di Tangerang Selatan (Tangsel) dibawa ke Balai Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial. Balita berinisial MFA tersebut ditempatkan di balai itu bersama ibunya berinisial NK usai diketahui bukan merupakan warga Tangsel.
"Karena bukan warga Tangsel, sudah kami konsultasikan serta sudah dijemput dibawa oleh Balai Rehabilitasi Sosial Kemensos," kata Kepala Dinas Sosial Kota Tangsel Wahyunoto kepada Republika, Senin (27/9).
Wahyunoto tidak menyebut asal daerah yang bersangkutan karena tidak ada kartu tanda penduduk (KTP) yang bisa ditunjukkan oleh NK. Namun, penindakan lebih lanjut berupa pembinaan atau penindakan lainnya bakal dilakukan pihak Kemensos.
"Yang bersangkutan tidak membawa, tidak menunjukkan KTP, tapi mengaku selama ini tinggal di Tanah Abang Jakarta Pusat. Di Parakan, Pamulang ngontrak baru tiga bulan," jelasnya.
Dinas Sosial Tangsel diketahui menerima balita tersebut serta sang ibu usai diamankan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) pada Sabtu (25/9) malam. Wahyu menyebut, kondisi keduanya terbilang baik saat diserahkan ke Dinsos Tangsel."Kondisi ibu dan anaknya secara kasat mata tidak ada gangguan kesehatan," ujarnya.
Sebelumnya diketahui, adanya balita yang menjadi manusia silver terungkap dari viralnya video di media sosial. Seperti di akun @Tangsel.info yang memperlihatkan adanya seorang bayi berusia sekitar 1 tahun yang seluruh tubuhnya dicat selayaknya manusia silver.
Dalam video itu, bayi tersebut bersama seorang perempuan yang juga merupakan manusia silver sedang duduk di jalan. "Manusia silver di Tangerang Selatan membawa anak balitanya untuk meminta belas kasihan para pengguna jalan di sekitar SPBU Parakan, Pamulang, Ahad (19/9) sekitar pukul 19.00 WIB," tulis akun tersebut, Sabtu (25/9).
Di dalam akun itu juga terdapat tulisan pentingnya perhatian dari pihak-pihak terkait. "Perlu perhatian serius dari berbagai pihak agar tidak ada lagi balita atau anak yang menjadi korban eksploitasi oleh orang tua maupun orang terdekat. Karena semakin hari semakin memprihatinkan, dengan alasan ekonomi, namun abai terhadap hak anak," lanjutnya.