Jumat 24 Sep 2021 06:26 WIB

Cegah Lonjakan, Wiku: Hati-Hati Beraktivitas...

Masyarakat harus mampu menghindari kerumunan agar tak kembali tertular Covid-19.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Agus Yulianto
Juru Bicara dan Ketua Tim Pakar Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito dalam Keterangan Pers yang ditayangkan secara virtual Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) – KPCPEN.
Foto: Istimewa
Juru Bicara dan Ketua Tim Pakar Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito dalam Keterangan Pers yang ditayangkan secara virtual Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) – KPCPEN.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta, masyarakat agar berhati-hati dalam melakukan aktivitas dan kegiatannya seiring dengan pelonggaran di berbagai sektor yang sudah diterapkan pemerintah. Masyarakat diingatkan agar mampu menghindari kerumunan semaksimal mungkin agar tak kembali tertular Covid-19.

“Meskipun saat ini pelonggaran mobilitas mulai diterapkan, namun dimohon kepada masyarakat untuk tetap berhati-hati dalam berkegiatan sehari-hari dan menghindari kerumunan semaksimal mungkin,” ujar Wiku saat konferensi pers, Kamis (23/9).

Wiku juga meminta, agar peningkatan mobilitas penduduk di saat terjadinya tren penurunan kasus Covid-19 pasca-gelombang kedua saat ini, diwaspadai semua pihak. Dari pengalaman penanganan pandemi di Indonesia, kata Wiku, terdapat jeda antara kenaikan mobilitas penduduk dengan kenaikan kasus.

Dari pola tersebut menggambarkan mobilitas penduduk yang tinggi pada saat kasus belum meningkat. Namun, begitu kasus meningkat, mobilitas langsung turun drastis karena kebijakan pembatasan yang diterapkan. Pola itupun berulang, ketika kasus mulai melandai, maka mobilitas kembali meningkat.  

“Hal yang perlu diwaspadai adalah dengan melandainya kasus Covid-19 saat ini pasca second wave, mobilitas penduduk cenderung mengalami peningkatan,” kata Wiku.

Untuk mempertahankan pelandaian kasus Covid-19 saat ini, pemerintah terus mendorong peningkatan cakupan vaksinasi di seluruh daerah. Vaksin dosis lengkap, lanjut Wiku, terbukti dapat mengurangi keparahan gejala, risiko perawatan di rumah sakit, dan risiko kematian.

Baca juga : Munculnya Klaster PTM Disebut karena Abai Sains Epidemolog

Hasil penelitian juga menunjukan bahwa orang yang sudah divaksin, risiko tertular kembali menjadi lebih rendah, jumlah virus dalam tubuh lebih cepat turun, dan peluang terbentuknya varian baru lebih kecil.

Namun, Wiku menekankan vaksin tidak menjadi satu-satunya cara dalam menghadapi pandemi ini. Upaya vaksinasi ini juga harus dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Selain itu, vaksinasi jika hanya dilakukan dosis pertama dan tidak dibarengi dengan prokes juga tak dapat menjamin lonjakan kasus tak kembali terjadi.

Wiku pun meminta masyarakat agar belajar dari pengalaman berbagai negara yang memiliki cakupan vaksinasi dosis pertama tertinggi di dunia, yakni Singapura 79 persen, Finlandia 73 persen, Inggris 71 persen, Jepang 66 persen, dan AS 63 persen. “Nyatanya, lonjakan kasus masih dapat terjadi,” ungkap dia.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement