Rabu 22 Sep 2021 19:04 WIB

WHO Belum Rekomendasikan Pemberian Vaksin Booster

Booster menentang prinsip equity atau kesetaraan akses dalam program vaksinasi.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Mas Alamil Huda
Petugas medis menunjukkan vaksin Moderna saat vaksinasi dosis ketiga untuk tenaga kesehatan di Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur.
Foto: ANTARA/Umarul Faruq
Petugas medis menunjukkan vaksin Moderna saat vaksinasi dosis ketiga untuk tenaga kesehatan di Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penasihat Senior Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Diah Saminarsih mengatakan, hingga kini WHO belum merekomendasikan pemberian vaksin booster. Menurutnya, seberapa pun sedikitnya booster yang sudah diberikan, ini menentang prinsip equity atau kesetaraan akses dalam program vaksinasi.

"Kalau bicara soal kesetaraan akses vaksinasi, itu artinya memberikan keutamaan kepada mereka yang paling membutuhkan terlebih dahulu. Kalau kita lihat sekarang, lansia dan nakes (tenaga kesehatan) saja belum merata vaksinasinya," kata Diah dalam diskusi daring, Rabu (22/9).

Ia menuturkan, masa kasus positif yang turun ini seharusnya menjadi saat di mana program vaksinasi ditinjau untuk kembali memprioritaskan lansia dan diadakan upaya-upaya khusus yang menjangkau lansia dan kelompok-kelompok rentan lainnya.

Hasil survei Change.org Indonesia, Katadata Insight Center (KIC), dan KawalCovid19.id menunjukkan 0,2 persen responden non-tenaga kesehatan di Indonesia yang telah mendapatkan dosis ketiga vaksin booster. Dari jumlah itu, mayoritas atau 25 persen responden mendapatkan vaksin booster karena memiliki kenalan yang mengurus tempat vaksinasi.

Sebanyak 18,8 persen responden yang telah disuntik vaksin booster mendapat informasi dari media sosial. Kemudian, sebanyak 12,5 persen responden mendapatkan vaksin booster karena ditawari oleh pejabat setempat.

Ada pula 12,5 persen responden yang mendapatkan vaksin booster karena membayar ke perusahaan. Sedangkan 25 persen responden mendapatkan dosis ketiga vaksin corona melalui cara lainnya.

Survei ini disebarkan 6-21 Agustus 2021 secara online ke seluruh Indonesia dengan melibatkan 8.299 responden dengan metode convenience sampling.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement