REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Sebanyak enam peserta ujian Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kota Solo membuat pernyataan terpapar Covid-19. Mereka tidak menghadiri ujian SKD yang digelar di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.
Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah (BKPPD) Solo, Nur Hariyani, mengatakan, dari pelaksanaan ujian SKD selama enam hari pertama sejak Senin (15/9) sampai Sabtu (18/9) terdapat laporan adanya peserta yang positif Covid-19, tidak hadir tanpa keterangan, serta ada yang terlambat. Peserta yang terlambat tidak dapat mengikuti ujian sesuai dengan aturan dari Badan Kepegawaian Negara (BKN).
"Yang positif ini ada yang memberitahukan lewat telepon, ada yang ngasih surat keterangan Covid karena kan mereka tidak hadir hanya memberitahukan. Yang penting mereka memberitahukan bahwa posisi saat ini sedang positif dan masih dalam masa karantina," terang Nur Hariyani saat dihubungi wartawan, Ahad (19/9).
Surat pernyataan dari enam peserta tersebut nantinya digunakan Pemkot Solo untuk mengajukan permohonan penjadwalan ulang kepada BKN. Saat ini, baru tiga peserta yang disetujui permohonan penjadwalan ulang ujian SKD. Sedangkan tiga lainnya masih dalam proses pengajuan. Rencananya, ujian akan digelar pada 15 Oktober mendatang di UNS. Salah satu peserta yang positif Covid-19 tersebut berasal dari Bandung. Peserta itu akan tetap menjalani ujian SKD di Solo sesuai ketentuan dari BKN.
"Ini kan SKD masih ada dua hari lagi, besok Senin (20/9) dan Selasa (21/9). Mudah-mudahan yang positif Covid-19 tidak tambah. Karena sudah mulai terkendali pandeminya," imbuh Nur Hariyani.
Selain itu, dia juga mendapat laporan adanya peserta ujian SKD yang mengalami pecah ketuban saat hendak mengerjakan ujian pada Sabtu (18/9). Peserta asal Solo tersebut langsung dibawa ke rumah sakit. Pada hari tersebut, penyelenggaraan ujian SKD mengalami kendala teknis yang berasal dari pusat. Alhasil, para peserta menunggu selama berjam-jam. Menurutnya, hampir semua kota yang menjadi tempat pelaksanaan ujian SKD mengalami kendala teknis yang sama.
"Yang melahirkan ini juga coba kami usulkan karena itu kan bukan kesalahan yang bersangkutan karena menunggu lama itu. Harusnya kalau waktu sesuai jadwal mereka kan sudah masuk dan sudah selesai mengerjakan tes baru bisa melahirkan, karena ketubannya pecah," jelas Nur Hariyani.
Meski demikian, dia menilai secara umum pelaksanaan ujian SKD berjalan lancar. Kendala yang dihadapi, terkadang koneksi internet kurang lancar. "Cuma ada beberapa yang tidak hadir tanpa keterangan. Hari pertama itu ada 154 peserta yang tidak hadir," ungkapnya.
Pelaksanaan ujian SKD dibagi menjadi tiga sesi per hari kecuali Jumat ada dua sesi. Setiap sesi dijadwalkan diikuti 350 peserta.
N binti sholikah