REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR Christina Aryani mengatakan, Indonesia perlu proaktif menyikapi keputusan Australia, Amerika Serikat, dan Inggris membentuk aliansi militer AUKUS. Australia, United Kingdom, and United States (AUKUS) merupakan aliansi untuk membantu Australia memiliki kapal selam bertenaga nuklir.
Alinasi militer tiga negara itu disebut untuk menghadapi dominasi Cina di kawasan Indo-Pasifik. Politikus Partai Golkar itu pun meminta pemerintah memberi respon atas terbentuknya AUKUS.
"Dalam ranah kebijakan politik luar negeri kita yang bebas aktif tidak pernah dimaknai Indonesia tidak dapat mengambil sikap yang jelas dan tegas atas berbagai dinamika dan perkembangan," kata Christina di Jakarta, Sabtu (18/9).
Apalagi, lanjut dia, jika perkembangan dan dinamika tersebut berpotensi mengancam keamanan yang dampaknya dapat dirasakan, baik langsung maupun tidak langsung oleh Indonesia. Dia merasa prihatin dengan keputusan Australia itu yang ingin memiliki kapal selam bertenaga nuklir.
"Menjadi keprihatinan kita hal ini akan membawa implikasi pada situasi kawasan yang sudah sepatutnya terus diupayakan stabil, aman dan damai," ujar Christina.
Dia pun menyinggung antara Australia dan Indonesia memiliki Rencana Aksi Kemitraan Strategis Komprehensif (2020-2024) yang salah satu poinnya adalah untuk bersama-sama tetap waspada menjaga perdamaian dan keamanan, antara lain di Klwasan Indo-Pasifik.
"Dalam konteks ini langkah Australia melakukan pengembangan militer secara agresif tentu membuka jalan serta peluang bagi perlombaan senjata dan proyeksi kekuatan militer yang bisa menjadi ancaman bagi stabilitas di kawasan," kata Aryani.