Rabu 15 Sep 2021 15:44 WIB

Menebak Arah Perombakan Kabinet Pascamerapatnya PAN

Pengamat LIPI nilai ada tidaknya PAN, perombakan kabinet akan terjadi. 

Presiden Joko Widodo (kanan) menerima kedatangan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kiri).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (kanan) menerima kedatangan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Febrianto Adi Saputro

Merapatnya Partai Amanat Nasional (PAN) ke koalisi partai politik pendukung pemerintahan Joko Widodo memunculkan kemungkinan perombakan kabinet. Publik pun ikut menebak-nebak siapa yang akan keluar dengan masuknya menteri dari PAN. 

Baca Juga

Pengamat politik senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai, ada atau tak adanya PAN, Presiden Joko Widodo akan tetap melakukan perombakan atau reshuffle kabinet. "Tampaknya ada PAN atau tidak ada PAN akan ada reshuffle. PAN diuntungkan ketika akan ada reshuffle, (PAN) sudah bergabung di kubu pemerintah," ujarnya saat dihubungi Republika, Rabu (15/9).

Ia menilai, momentum itu jadi rezeki PAN karena saat bergabung saat akan dilakukan reshuffle. Kendati demikian, dia melanjutkan, bergabungnya PAN tentunya tidak bisa dipisahkan dari motivasi politik yang saling menguntungkan bagi masing-masing pihak. "Yang satu dapat dukungan politik dan satunya dapat kekuasaan di pemerintahan," katanya.

Lebih lanjut ia menilai, periode kedua Presiden Joko Widodo berbeda dengan periode pertama. Jika saat pemerintahan pertama, Joko Widodo menilai pergantian kabinet agak cepat dan lebih sering. 

Kemudian, Siti menilai di pemerintahan periode kedua relatif agak hati-hati dan tampaknya lebih diakumulasikan. "Sehingga, ketika ada reshuffle dilakukan secara evaluatif dan solutif," ujarnya.

Siapa sosok dari PAN yang akan masuk ke kabinet, sampai saat ini belum ada kepastian. Direktur Eksekutif Indobrometer, M Qodari, menilai kader PAN yang paling mungkin adalah Ketua Umum Zulkifli Hasan. "Saya melihat sejauh ini memang pemerintah maunya Pak Zul yang masuk (kabinet) dan kalau bukan Pak Zul kelihatannya sulit dan ini yang menjadi kuldesak atau titik buntunya," kata Qodari kepada Republika, Selasa (14/9).

Menurutnya, adanya titik buntu itulah yang menyebabkan reshuffle sampai saat ini tertunda. Ia menilai seharusnya dengan hadirnya Zulkifli di Istana Negara beberapa waktu lalu bersama enam ketua umum partai politik lainnya  menjadi sinyal bahwa Zulkifli sudah menerima dan bersedia untuk masuk ke dalam kabinet mewakili PAN.

"Saya tidak tahu bagaimana kehadiran Pak Zul ini mengubah kebuntuan atau kuldesak yang terjadi selama ini apakah itu berarti Pak Zul yang masuk ke kabinet. Atau tidak itu menarik itu kita lihat dalam reshuffle yang akan datang," ungkapnya.

Sementara itu, terkait siapa nama yang akan diganti, menurutnya hal itu sangat tergantung siapa menteri dari PAN yang masuk ke pemerintahan. Jika diisi oleh Zulkifli Hasan, maka kemungkinan Zulkifli akan mengisi posisi senior di kabinet.

"Karena beliau ini pernah menjadi menteri kehutanan, kemudian pernah menjadi ketua MPR, maka kemungkinan posisi di kabinet itu posisi senior. Posisi senior itu kalau di tradisi politik Indonesia itu posisi menko," ucapnya.

Ia mengatakan, dari posisi menko yang ada, yang paling memungkinkan diisi Zulkifli yaitu Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK). Menurut Qodari, selain warna PAN yang mewakili Muhammadiyah, Menko PMK saat ini Muhadjir Effendy juga merepresentasikan Muhammadiyah. 

"Kalau yang masuk nama-nama yang lain, maka kemudian posisinya bisa sangat bervariasi ya. Karena nama-nama lain yang beredar itu ada beberapa saya kira, pertama pak Sutrisno Bachir, kemudian bisa juga sekjen, bisa juga kemudian beberapa nama yang lain," tuturnya.

"Kalau mas Tris Sutrisno Bachir dengan latar belakang beliau sebagai pengusaha lalu kemudian pernah di lembaga KEIN, maka kemudian portfolionya yang berkaitan dengan masalah-masalah ekonomi," imbuhnya. 

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mengakui memang mengusulkan Dewan Kehormatan PAN Sutrisno Bachir untuk bisa menjadi masuk dalam kabinet pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Zulkifli mengaku pernah menyampaikan hal tersebut langsung kepada Presiden Jokowi dalam sebuah pertemuan.

"Memang pernah satu pertemuan saya menyampaikan karena ada Dewan Kehormatan PAN namanya mas Tris (Soetrisno Bachir) itu dulu tim sukses pak Jokowi, dulu ketua KEIN (Ketua Ekonomi dan Industri Nasional). Kalau memungkinkan saya memang nitip gitu, apa saja (posisinya)," kata Zulkifli dalam wawancaranya dengan Karni Ilyas di kanal Youtube, Senin (13/9). 

Dalam wawancara tersebut, awalnya Zulkifli mengaku belum ada pembicaraan soal posisi menteri saat PAN memutuskan bergabung dengan pemerintah. Dia juga mengaku tidak menyodor-nyodorkan kadernya agar bisa duduk di pemerintahan. Namun saat ditanya posisi menteri apa yang diinginkan oleh PAN, Zulkifli justru menyinggung nama Soetrisno Bachir. 

"Mas Tris sebagai tim sukses Pak Jokowi pada waktu itu bisa kembali diperankan apapun, terserah," ujarnya. 

Soetrisno Bachir saat ini menjabat sebagai Dewan Kehormatan PAN. Dirinya menggantikan posisi Amien Rais yang memutuskan membentuk partai baru, Partai Ummat. 

Isu reshuffle kembali berembus saat Ketua Jokowi Mania (JoMan) Immanuel Ebenezer menyebut akan ada perombakan kabinet di Oktober tahun ini. Menanggapi soal kemunculan nama Soetrisno Bachir, Immanuel mengatakan bahwa Presiden Jokowi prinsipnya mempersilakan seluruh anak bangsa untuk bergabung.

"Beliau ini kan senang sekali mengajak komponen bangsa ini untuk saling berjibaku membangun bangsanya, artinya ini bukan kerja Jokowi sendiri tapi ini kerja-kerja kebangsaan, makanya ada visi misi Jokowi berkaitan dengan Indonesia maju itu sendiri," tuturnya.

photo
Tiga Klaster Reshuffle Kabinet Indonesia Maju - (Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement