Jumat 10 Sep 2021 17:03 WIB

358.700 Vaksin AstraZaneca dari Prancis Tiba di Indonesia

Total vaksin yang telah tiba di Indonesia mencapai 225.536.190 dosis.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Agus raharjo
Indonesia kembali menerima 1.389.600 juta dosis vaksin dari COVAX Facility hari ini Sabtu (8/5) pagi yang merupakan kedatangan vaksin COVID-19 tahap ke-12.
Foto: Komite Kebijakan Penanganan COVID-19
Indonesia kembali menerima 1.389.600 juta dosis vaksin dari COVAX Facility hari ini Sabtu (8/5) pagi yang merupakan kedatangan vaksin COVID-19 tahap ke-12.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Indonesia kembali menerima kedatangan 358.700 dosis vaksin AstraZeneca pada Jumat (10/9) sore. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyebut, vaksin AstraZeneca ini didatangkan melalui jalur multilateral Covax facility.

Kedatangan vaksin ini merupakan tahap pertama dukungan kerjasama dari Pemerintah Prancis dari total komitmen yang sebesar tiga juta dosis. “Pada hari ini Indonesia kembali menerima kedatangan 358.700 dosis vaksin AstraZeneca melalui jalur multilateral Covax facility,” ujar Menlu dalam pernyataannya saat kedatangan vaksin, Jumat (10/9).

Atas dukungan kerjasama ini, Menlu pun menyampaikan apresiasi dan terimakasih kepada Pemerintah Prancis. Lebih lanjut, Retno mengatakan, selain mendapatkan bantuan dari Covax facility dan negara sahabat, Indonesia juga melakukan pembelian vaksin untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi dalam negeri.

Di hari yang sama, Indonesia juga menerima kedatangan 615 ribu dosis vaksin AstraZeneca dan 639.990 dosis vaksin Pfizer. Sehingga total vaksin yang telah tiba di Indonesia mencapai 225.536.190 dosis vaksin baik dalam bentuk vaksin jadi maupun bulk. "Telah tiba pula pembelian 615 ribu dosis vaksin AstraZeneca dan 639.990 dosis vaksin Pfizer,” tambahnya.

Retno mengatakan, program vaksinasi Covid-19 sangat penting dilakukan agar Indonesia dapat keluar dari pandemi. Kendati demikian, ia menilai masih terjadi ketimpangan dalam distribusi vaksin di seluruh dunia. Di dunia, terdapat 5,5 miliar dosis vaksin yang telah disuntikkan dan 80 persen di antaranya di negara dengan pendapatan tinggi dan negara berpendapatan menengah atas.

WHO sendiri menargetkan 10 persen populasi tiap negara telah divaksinasi hingga akhir bulan ini dan 40 persen populasi tiap negara divaksinasi hingga akhir tahun ini. Ia menyebut, target dari WHO ini akan mudah dicapai oleh negara dengan penghasilan tinggi. Bahkan 90 persen negara dengan pendapatan tinggi telah mencapai target vaksinasi 10 persen populasi, serta lebih dari 70 persen negara dengan pendapatan tinggi telah mencapai target vaksinasi 40 persen.

Sayangnya, lanjutnya, belum ada satupun negara berpenghasilan rendah yang dapat mencapai target 10 persen vaksinasi. “Sebuah penelitian yang dikutip oleh the economist pekan ini menyebutkan, tanpa redistribusi surplus vaksin dari negara maju, 1 sampai 2,8 juta jiwa dapat melayang,” ujarnya.

Karena itu, lanjut Menlu, kerjasama dose sharing vaksin ini menjadi semakin penting. Retno mengatakan, dalam pertemuan dengan para menkes dari negara G20 pada 5 September lalu, Dirjen WHO berharap agar komitmen dose sharing ini segera terpenuhi selambatnya akhir bulan ini.

“Covax pun baru saja mengeluarkan pernyataan serupa, dose sharing diharapkan dapat dilakukan dalam skala lebih besar,” tambah Menlu. Ia menyebut, target Covax untuk dapat menyalurkan dua miliar dosis pada akhir 2021 pun terkendala sejumlah hal. Antara lain, larangan ekspor, kelangkaan pasokan dibanding permintaan, dan keterlambatan persetujuan peraturan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement