Senin 06 Sep 2021 18:45 WIB

Kafe Holywings dan Euforia Kondisi Terkendali Jakarta?

Kerumunan di kafe Holywings seakan menyatakan kondisi Covid-19 sudah tidak ada.

Petugas Satpol PP Kecamatan Mampang Prapatan memberi denda penutupan 3 x 24 jam kepada manajemen Bar & Resto Holywings Kemang.
Foto: Dok Pemkot Jaksel
Petugas Satpol PP Kecamatan Mampang Prapatan memberi denda penutupan 3 x 24 jam kepada manajemen Bar & Resto Holywings Kemang.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Dian Fath Risalah, Rizky Suryarandika

Sebuah kafe di kawasan Kemang ditutup Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta. Penutupan kafe bernama Holywings selama 3x24 jam dilakukan setelah kerumunan massa terjadi di sana.

Foto dan video penggerebekan kafe di Kemang lantas viral di media sosial. Sebagian mencibir karena sadar DKI Jakarta masih berada di Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3, sebagian lagi menilai kondisi Jakarta sudah membaik. Hingga masyarakat seharusnya sudah boleh kembali hidup 'bebas'.

Pada Jumat (3/9), Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia mengatakan, menyatakan kondisi Covid-19 di Jakarta sudah terkendali. Ia mengacu pada persentase kasus positif atau positivity rate di Ibu Kota yang turun menjadi 4,3 persen selama sepekan terakhir.

"Situasi saat ini memang lebih terkendali dibandingkan beberapa waktu lalu. Ini akan kami pertahankan," kata Dwi. Menurut dia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari lima persen.

Persentase kasus positif selama sepekan itu didapatkan setelah melakukan tes usap berbasis PCR kepada 80.358 orang per 2 September 2021. Jumlah orang yang dites PCR selama sepekan itu juga melebihi target WHO untuk Jakarta dalam satu pekan mencapai 10.645 orang.

Artinya, meski kasus Covid-19 di Jakarta menurun, namun angka tes masih tergolong tinggi, yakni hingga delapan kali lipat dari target WHO. Meski terkendali, namun ia mengingatkan masyarakat tidak euforia dan senang berlebihan.

Vaksinasi Covid-19 saat ini hanya mengurangi dampak keterpaparan, masih terdapat kemungkinan tertular dan menularkan virus corona jenis baru jika longgar terhadap protokol kesehatan dalam keseharian. "Hal ini terlihat dari kasus positif yang masih fluktuatif dan ini butuh kerja bersama untuk memutus rantai penularan," ucapnya.

Jakarta memang unggul dari segi kemudahan untuk divaksinasi. Setidaknya sudah 9,8 juta orang menerima suntikan dosis pertama di DKI Jakarta. Jumlah tersebut sudah melebihi target yakni 110,6 persen. Sedangkan jumlah orang di Jakarta yang telah menerima dosis kedua mencapai 69,4 persen. Tak heran bila faktor vaksinasi membuat kehidupan di Jakarta seakan sudah membaik.

Suara sirine ambulans yang membawa pasien Covid-19 semakin jarang atau bahkan tidak lagi terdengar. Fasilitas isolasi terpadu yang disediakan pemerintah seperti di Nagrak dan Pasar Rumput. Atau di Ragunan dan Taman Mini bahkan telah ditutup karena nol pasien.

Makin sehatnya lingkungan mungkin membuat masyarakat makin berani keluar rumah. Termasuk berkerumun di sebuah kafe di Kemang. Apalagi Jakarta disebut-sebut sudah memasuki fase herd immunity atau kekebalan berkelompok karena sudah lebih dari 70 persen warganya divaksinasi.

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengemukakan, kekebalan kelompok akan tercapai apabila mayoritas penduduk sudah menjalani vaksinasi Covid-19. "Herd immunity (kekebalan kelompok) adalah kalau sebagian besar masyarakat di Indonesia itu bisa divaksinasi," kata Dante saat menyampaikan sambutan pada acara peresmian Sentra Vaksinasi Universitas Indonesia di Salemba, Senin (6/9).

Dia menekankan pentingnya vaksinasi untuk menekan angka kematian akibat Covid-19. "Kegiatan vaksinasi penting untuk menjamin bahwa kematian akan menurun pada mereka yang terkena Covid-19," katanya.

Berdasarkan laporan angka kematian, 94 persen terjadi di rumah sakit lantaran belum mendapatkan vaksinasi. Vaksinasi sangat penting untuk menjamin turunnya angka kematian karena Covid-19. Saat ini, pemerintah menargetkan 2,3 juta dosis vaksinasi per hari untuk mencapai percepatan imunitas.

Sasaran vaksinasi nasional saat ini berjumlah 208 juta jiwa. Target tersebut, menurut Dante, bukan hanya menjadi program kerja Kemenkes RI, namun juga seluruh lapisan masyarakat perlu mengambil bagian di dalamnya.

Selain vaksinasi, Dante mengemukakan, pilar penting dalam upaya penanggulangan Covid-19 mencakup penggiatan pemeriksaan dan pelacakan orang-orang yang melakukan kontak erat dengan penderita infeksi virus corona, penanganan pasien di rumah sakit, dan penegakan protokol kesehatan. "Kita melakukan edukasi kepada masyarakat agar masyarakat mengambil bagian di tempatnya masing-masing untuk mengatasi pandemi ini melalui program protokol kesehatan yang sudah kita buat," katanya.

Guru Besar FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama menanggapi bagaimana agar Covid-19 di Indonesia dapat berubah status dari pandemi menjadi endemik. Ada sejumlah indikator yang dapat jadi pertimbangan untuk status epidemiologi di suatu negara, termasuk perubahan status Covid-19 jadi endemik.

"Antara lain adalah gabungan dari angka reproduksi (penyakit) sebaiknya di bawah 1, jumlah kasus dan kematian dapat ditekan amat rendah, pelayanan kesehatan dapat menanggulangi kasus-kasus yang ada, jumlah yang divaksinasi sudah memadai," kata Prof Tjandra dalam keterangan pers, Senin (6/9).

Penyakit endemik adalah penyakit yang selalu ada pada populasi atau wilayah tertentu. Salah satu penyakit endemik yang paling sering diperbincangkan ialah malaria.

Prof Tjandra memantau hingga saat ini Covid-19 masih terus menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Status Covid-19 sebagai pandemi disampaikan oleh WHO pada 11 Maret 2020. "Kalau nanti pandemi akan selesai maka pernyataannya juga akan disampaikan oleh WHO, kalau sudah memungkinkan," ujar Prof Tjandra.

Prof Tjandra menyinggung bagaimana dan kapan Covid-19 akan berakhir di dunia dan di suatu negara akan bergantung setidaknya pada bagaimana virusnya, termasuk kemungkinan mutasinya. Ia juga menyebut pentingnya upaya pencegahan seperti perilaku 3M dan kebijakan PPKM guna menekan penyakit asal China itu. "Kemudian bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan soal diagnosis baru, obat baru, vaksin baru," ucap Prof Tjandra.

photo
Angka Kematian Covid-19 DKI Jakarta Selama PPKM - (Infografis Republika.co.id)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement