Sabtu 04 Sep 2021 20:25 WIB

Ratusan Orang Berebut Ikan Mabuk yang Masih Gesit

Selain membersihkan dam, pladu menjadi hiburan bagi masyarakat.

Warga berburu ikan mabuk dengan aneka peralatan tangkap ikan yang dimiliki dalam tradisi pladu atau pengeringan air di Sungai Irigasi Boyolangu, Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu (4/9/2021). Mereka memanfaatkan momentum pladu atau penggelontoran air sungai untuk membersihkan lumpur di sekitar pintu cekdam karena biasanya banyak biota ikan yang mengalami
Foto: ANTARA/Destyan Sujarwoko
Warga berburu ikan mabuk dengan aneka peralatan tangkap ikan yang dimiliki dalam tradisi pladu atau pengeringan air di Sungai Irigasi Boyolangu, Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu (4/9/2021). Mereka memanfaatkan momentum pladu atau penggelontoran air sungai untuk membersihkan lumpur di sekitar pintu cekdam karena biasanya banyak biota ikan yang mengalami

REPUBLIKA.CO.ID, TULUNG AGUNG -- Ratusan warga dari berbagai usia, mulai anak-anak, remaja hingga orang tua beramai-ramai turun ke sungai jaringan irigasi pertanian di Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu (4/9). Mereka masuk ke dalam air demi berebut ikan 'mabuk' saat dilakukan pladu atau penggelontoran lumpur dengan membuka pintu cekdam untuk mencegah pendangkalan.

Aksi berebut ikan bersamaan dengan pladu ini dilakukan setiap tahun dan ditunggu masyarakat. Banyak yang ikut turun ke sungai untuk ikut menangkap ikan, menjaring dari tepi sungai, dan sebagian lainnya hanya menonton dari bantaran sungai.

Warga menggunakan aneka cara untuk menangkap ikan. Ada yang menggunakan jaring tebar, jaring gayung, strum listrik, nampan dari anyaman bambu, dan bahkan tak sedikit yang menggunakan tangan kosong. Warga terlihat antusias berburu ikan mabuk akibat penggelontoran air dari pintu cek dam yang dibuka.

"Ini ikannya masih gesit sehingga agak sulit ditangkap," kata Jarno (37 tahun), salah seorang warga yang ikut berburu ikan di tengah sungai irigasi pertanian di sekitar pintu Cekdam Kalidawir-Boyolangu.

Ikan-ikan hasil tangkapan biasanya mereka santap untuk lauk makan siang dan sore. Sebagian lain menggunakannya untuk merayakan kegembiraan bersama kelompoknya dengan cara dimasak bersama, dibakar ataupun digoreng menjadi lauk makan nasi. Ada juga yang menjualnya.

Kabar akan adanya pladu sudah dinantikan ratusan warga dari berbagai desa di sekitar aliran sungai irigasi pertanian Kalidawir-Boyolangu. Sejak pagi hari, mereka sudah mengantre sampai pintu Cekdam Kalidawir dibuka penuh beberapa lama sehingga aliran air meluap besar.

Setelah lumpur di sekitar cekdam terangkat dan terbawa arus, pintu cekdam kembali ditutup sehingga aliran air di saluran irigasi pertanian Boyolangu yang semula meningkat dengan cepat surut. Perubahan tekanan dan arus yang sangat cepat inilah yang membuat biota ikan di ekosistem sungai irigasi ini menjadi 'mabuk. Air itu seperti diaduk-aduk sangat kuat.

"Selain sebagai salah satu cara membersihkan lumpur di dam atau waduk, acara pladu ini juga menjadi hiburan bagi masyarakat sekitar," terang juru pengairan setempat, Misaji.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement