Jumat 03 Sep 2021 05:45 WIB

Satgas: Vaksin di Indonesia Prosesnya tidak Sederhana

Pemerintah telah memastikan keamanan vaksin sebelum diberikan ke masyarakat.

Juru Bicara Pemerintah untuk  Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Tim Pakar Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, seluruh vaksin yang saat ini sudah tersedia di Indonesia telah melewati proses yang panjang. Pemerintah telah memastikan keamanan vaksin sebelum diberikan ke masyarakat.

"Seluruh vaksin untuk penyakit, termasuk vaksin Covid-19 yang mendapatkan izin untuk disuntikkan kepada masyarakat telah melewati proses yang tidak sederhana," kata Wiku Adisasmito saat menyampaikan keterangan pers secara virtual, Kamis (2/9).

Wiku mengatakan, hal ini semata-mata untuk memastikan kualitas dan keamanan vaksin yang terjamin. Proses pemantauan mutu vaksin dalam membentuk kekebalan terhadap virus Covid-19 bersifat berkelanjutan karena tidak berhenti pada pengujian di laboratorium atau uji netralisasi saja, namun diteruskan kepada pemantauan kemampuan di dalam tubuh manusia dengan skala komunitas.

Selanjutnya, kata Wiku, hasil pemantauan vaksin di tubuh manusia ini menghasilkan angka efikasi dan efektivitas berdasarkan hasil pengukuran kemampuan vaksin dalam membentuk kekebalan terhadap penyakit. Perbedaannya, angka efikasi didapatkan dari hasil uji klinis yang menggunakan uji coba dalam jumlah yang lebih rendah dan variasinya dipilih non-acak.

Nilai efikasi menjadi standar yang harus dimiliki sebelum badan otoritas yang berwenang mengeluarkan Emergency Use Authorization (EUA) maupun Emergency Use Listing (EUL). Sedangkan angka efektivitas, kata Wiku, didapatkan dari hasil penggunaan di masyarakat, sehingga populasinya bersifat acak dan beragam secara demografis seperti usia jenis kelamin, kondisi kesehatan, dan lain sebagainya.

Baca juga : Mendagri: Okupansi Sejumlah Faskes Membaik

"Pengamatan hasil vaksinasi riil di lapangan dapat menunjukkan efektivitas vaksin dalam mencegah keparahan, gejala kematian, dan risiko perawatan di rumah sakit," katanya.

Ia mengatakan, perhitungan efektifitas sudah seharusnya dilakukan oleh pemerintah beserta dukungan dari berbagai kemitraan sejalan dengan proses percepatan cakupan vaksinasi ke masyarakat luas demi menjamin bahwa kekebalan benar-benar terbentuk.

"Mengingat upaya mencari tahu efektivitas vaksin akan membutuhkan sumber daya dan waktu yang tidak sedikit, maka uji netralisasi dapat dilakukan khususnya saat terjadi dinamika penularan penyakit yang tidak terduga seperti mutasi virus," katanya.

Uji netralisasi tersebut berbasis laboratorium dengan tujuan mengamati kemampuan antibodi sebagai salah satu komponen kekebalan tubuh yang ditimbulkan oleh vaksinasi dalam mengikat virus.

"Uji netralisasi menjadi penting digunakan saat adanya kebutuhan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat khususnya saat muncul importasi kasus yang mengandung varian baru saat upaya vaksinasi telah dijalankan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement