REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Ikatan Praktisi dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI) Dr Sudibyo Alimoeso MA menyatakan Second Phase of Demographic Divident yang dikatakan Kepala BKKBN diharapkan terwujud jika lansia cenderung menyumbang (berdonor) bukan lansia yang memiliki ketergantungan.
“Karena dengan begitu lansia bisa terus berkarya. Pemerintah bisa berinvestasi di sektor lain jika lansianya sehat. Jumlah lansia semakin meningkat,” ujarnya saat webinar Lansia Sehat Lansia Tangguh: Mencegah dan Menangani Demensia, Sabtu (8/28).
Saat ini tercatat 26 juta lansia. Jumlah yang lebih besar dari jumlah balita yang berhasil ditahan dengan program KB sedangkan jumlah lansia tidak bisa ditekan jumlahnya.
Hasil survei menyatakan pengetahuan tentang dimensia masih rendah. Dimensia seharusnya dianggap sebagai penyakit dan nyatanya bisa diperlambat. Sebanyak 91,5 persen responden menyatakan bahwa dimensia tinggi tidak bisa merespon yang ada di lingkungannya.
"Intinya demensia ini dianggap hal yang biasa. Penggiat Alzheimer Indonesia selalu kampanye dengan tagline Jangan Maklum dengan Pikun", ungkap Sudibyo Alimoeso. Ia juga mengajak agar menyiapkan diri memasuki lanjut usia, sebab menjadi lansia tidak ujug-ujug.
Slogan 'Berencana Itu Keren' menurut Sudibyo Alimoeso tidak hanya diperuntukkan bagi remaja yang mempersiapkan kehidupan rumah tangga, namun juga kelompok usia dewasa dalam hal menyiapkan diri mengahadapi usia lanjut. Menjadi lansia juga harus direncanakan agar dapat menikmati hidup. “Kita juga harus mencari pendamping/ caregiver untuk para lansia dalam keluarga,” terangnya.
"Anggota keluarga bahkan bisa menjadi caregiver terbaik, karena melakukannya dengan penuh kasih sayang", kata Mantan Deputi BKKBN ini. Activity daily Living dan Instrumental Daily Living juga dapat digunakan untuk mendeteksi dini bagaimana tingkat ketergantungan lansia, apakah mempunyai ketergantungan ringan sedang atau berat.
"Prinsip lansia: Anda yang menanam Anda yang memetik. Jika dalam kehidupan awal tidak baik maka masa tuanya tidak sehat,” kata Sudibyo.
Beberapa hal yang perlu disiapkan untuk penuaan yang sehat yaitu perubahan mindset tentang penuaan dan orang tua, penciptaan lingkungan yang ramah lansia, penyelarasan sistem kesehatan dengankebutuhan orang usia lanjut, serta pengembangan Sistem Perwatan Jangka Panjang (PJP).
Mereka yang berusia 36-59 akan menjadi Lansia pada tahun 2045. Karenanya pengondisian guna menghadapi masa tua sangat penting untuk dipersiapkan. Selain itu melakukan 8 fungsi keluarga sama dengan melaksanakan 7 dimensi lansia tangguh. Keduanya mempunyai nilai-nilai yang selaras untuk mewujudkan lansia sehat dan mandiri.
Spesialis Syaraf dari RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto, dr Untung Gunarto SpS MM menjelaskan semua orang tidak hanya berpikir bagaimana untuk berumur panjang namun bagaimana untuk hidup dengan sehat.
“Semakin tua otak akan mengecil/atrofi. Ini alami, namun jika telah masuk kategori pikun maka harus diperhatikan. Menginjak usia 60 tahun jika sudah ada dua hal yang menunjukaan penurunan pada daya ingat dan penyesuaian sehari-hari maka harus mulai diperhatikan,” ujarnya.
Ditambahkannya adanya perbedaan antara ganggguan fokus ada yang gangguan memori. Gangguan fokus banyak dialami kelompok usia muda karena mengerjakan banyak hal di waktu bersamaan.
Dokter Untung menyebutkan penyebab demensia di antaranya peningkatan usia, genetik, trauma kepala karena benturan (seperti para petinju), kurangnya pendidikan, lingkungan (keracunan alumunium), penyakit tertentu seperti hipertensi sistolik, stroke, gangguan imunitas. "Dengan adanya Covid, imunitas menurun dan demensia meningkat," kata Dokter Untung.
Perlu diperhatikan jika tanda-tanda demensia mulai terlihat seperti penurunan kinerja mental, fatique, mudah sekali lupa, serta gagal melaksanakan tugas. Kondisi psikologi para lanjut usia juga sangat penting untuk dijaga. Biarkan lansia melakukan hal yang disukainya asal dalam pemantauan.
Jangan paksa lansia melakukan yang sejak awalnya tidak disukai. Seperti misalnya jika semasa muda tidak menyukai suasana keramaian maka pada usia senjanya juga akan menghindari hal tersebut. Meski sesekali para lansia juga perlu diarahkan untuk bersosialisasi.
Cara menghambat demensia sejak dini diantaranya dengan cara menikmati makanan yang bervariasi, dan berusaha tetap aktif. Lalu makanan disimpan dengan benar, banyak makan buah dan sayuran, diet lemak, minum air secukupnya, kurangi dan batasi gula dan garam, serta tidak merokok.