Sabtu 28 Aug 2021 06:05 WIB

Penyintas Covid-19 Agar Pertahankan Gaya Hidup Sehat

Penyintas Covid-19 agar tetap melakukan konsultasi rutin dengan dokter.

Rep: Dessy Suciati Saputri / Red: Hiru Muhammad
Warga penyintas COVID-19 mendonorkan plasma darahnya di Sentra Donor Plasma konvalesen Stasiun MRT Dukuh Atas BNI, Jakarta, Selasa (24/8). Kegiatan Donor Plasma tersebut merupakan rangkaian dari berbagai program serta komitmen PT MRT Jakarta (Perseroda) dalam membantu pemerintah menanggulangi pandemi COVID-19. Tercatat sebanyak 35 orang yang telah menajalani screening mendonorkan plasmanya.Prayogi/Republika
Foto: Prayogi/Republika.
Warga penyintas COVID-19 mendonorkan plasma darahnya di Sentra Donor Plasma konvalesen Stasiun MRT Dukuh Atas BNI, Jakarta, Selasa (24/8). Kegiatan Donor Plasma tersebut merupakan rangkaian dari berbagai program serta komitmen PT MRT Jakarta (Perseroda) dalam membantu pemerintah menanggulangi pandemi COVID-19. Tercatat sebanyak 35 orang yang telah menajalani screening mendonorkan plasmanya.Prayogi/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro menyarankan para penyintas Covid-19 yang mengalami gejala kondisi pascacovid agar tetap mempertahankan gaya hidup sehat seperti saat berjuang untuk sembuh. Gaya hidup sehat tersebut antara lain menyantap makanan bergizi seimbang, olahraga rutin, hingga meneruskan kebiasaan berjemur.

“Tetap makan makanan bergizi seimbang, olahraga rutin yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan tubuh, jaga kebersihan lingkungan, sering-sering di ruang yang berventilasi bagus, dan teruskan kebiasaan terkena sinar matahari,” jelas Reisa saat konferensi pers.

Selain itu, Reisa juga memberikan saran bagi penyintas Covid-19 agar tetap melakukan konsultasi rutin dengan dokter. Hal tersebut dapat membantu untuk menentukan tindakan yang tepat apabila gejala long covid tetap bertahan.“WHO menyarankan bahwa sindrom pascacovid yang bertahan lama akan berdampak serius pada kemampuan orang tersebut untuk kembali produktif,” tambah Reisa.

Dikutip dari siaran resmi Istana, istilah long covid ini merupakan dampak jangka panjang yang dialami penyintas Covid-19 sebagaimana diidentifikasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Semua orang yang tertular Covid-19 berpotensi terkena sindrom post covid, tidak bergantung tingkat keberatan atau kritis saat terkena Covid-19.

Beberapa literatur penelitian memperkirakan terdapat kurang lebih 200 gejala yang dikenali pada kasus long covid, di antaranya adalah kelelahan dan batuk berkepanjangan. Hal itu juga dikeluhkan oleh sejumlah masyarakat.

“Karena penyakit ini penyakit baru dan virusnya masih berubah-ubah, para ahli dan tenaga medis belum bisa menyimpulkan pola umum gejala kondisi pascacovid,” jelas Reisa.

Pada kesempatan ini, ia juga menjawab pertanyaan masyarakat terkait vaksinasi bagi penyintas Covid-19. Menurut Reisa, vaksinasi bagi penyintas dapat dilaksanakan tiga bulan setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19. “Mengapa demikian? Karena penyintas ini masih memiliki antibodi alami yang terbentuk,” kata Reisa.

Namun, bagi penyintas yang sebelumnya telah mendapatkan vaksinasi lengkap, tidak perlu untuk melakukan vaksinasi ulang dikarenakan imunitas yang ada pada tubuh sudah lebih untuk melawan virus corona.

Untuk diketahui, hingga Jumat (27/08), sekitar 60 juta orang telah menerima vaksin dosis lengkap. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia pada posisi 10 besar negara di dunia dengan penerima vaksin terbanyak. Lima merek vaksin yang dipakai di Indonesia juga telah terbukti efektif dan aman. Hal tersebut telah diakui oleh WHO, disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan disarankan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement