Selasa 24 Aug 2021 07:30 WIB

Aa Gym: Belajar Ikhlas, Bukan Membangun Topeng

Tidak sedikit seseorang yang beramal untuk membangun topeng, bukan karena ridah Allah

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid, Bandung KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym meyampaikan tausyiah.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid, Bandung KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym meyampaikan tausyiah.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ikhlas merupakan jalan membersihkan hati dan menenangkan pikiran. Sikap ikhlas harus dilatih dan ditumbuhkan di diri masing-masing Muslim karena dengan keikhlasan, seorang Muslim akan dicintai makhluk dan lebih dekat dengan Tuhannya.

Pengasuh Ponpes Daarut Tauhid, KH Abdullah Gymnastiar mengatakan, ikhlas memiliki dampak sangat besar bagi kehidupan manusia. Tapi, kini tidak sedikit yang malah beramal untuk membangun topeng bukan karena ingin mendapat ridho dari Allah SWT.

Untuk itu, dia berpesan, agar masyarakat tidak mudah terkecoh dan terbuai dengan apa-apa yang hanya dapat dilihat mata. Namun, hendaknya terus memperbaiki diri dan membersihkan hati guna mendekatkan diri kepada Allah SWT.

"Ingin kelihatan hebat, ingin kelihatan keren, ingin kelihatan sukses, tapi tidak ada hatinya mencari kedudukan di sisi Allah, ini masalah," kata Aa dalam tabligh akbar yang digelar Takmir Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia (UII), Selasa (20/8).

Dia mengajak, masyarakat selalu berbuat baik dan ikhlas pada setiap kondisi agar tidak terhasut pesona pujian dan celaan yang dilontarkan orang lain. Aa Gym mengingatkan, ciri-ciri orang yang tidak ikhlas mudah dijumpai di sekitar kita.

Salah satunya melakukan sesuatu semata ingin dipuji orang lain. Ketika seseorang telah melakukan pekerjaan dan mendapat pujian sesuai ekspektasinya, maka ia akan lupa terhadap Tuhannya yang sebenarnya telah memberikannya kepuasan batin.

"Kalau dipuji semangat, kalau tidak ada yang memuji tidak semangat, kalau dicaci habis dia patah semangat karena tujuannya pujian orang bukan Allah. Kalau orang yang lillahi ta'ala, orang memuji atau mencaci itu sama. Tuhan kita itu Allah," ujar Aa.

Selain itu, Aa mengajak, masyarakat tidak menjadikan pujian sebagai prioritas utama dalam melakukan pekerjaan. Dia juga berpesan, untuk tidak fokus terhadap kritikan, apalagi sampai membuat kita lupa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Ia membenarkan, ketika kita dihina dan dicaci itu bisa menjadi bahan evaluasi diri. Tapi, Aa menekankan, jangan sampai lebih sibuk memikirkan orang menghina daripada memikirkan Allah dan ingin diperlakukan istimewa karena amalan kita.

"Jangan suka dihargai orang karena sebetulnya kita dihargai orang bukan karena kita hebat, kita dihargai orang lain karena Allah menutupi aib kesalahan kita," kata Aa Gym. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement