Senin 23 Aug 2021 10:17 WIB

PKI Madiun, Darul IsIam: Bertemu Jendral Sim dan Bung Tomo

Kisah bertemu dengan jendral Sim dan Bung Tomo

Pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948.
Foto: gahetna.n
Pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Sejarawan da Budayawan Betawi.

Pada suatu waitu Jend TB Simatupang, panggilan akrab Pak Sim, memintaku datang ke rumah beliau Jl Diponegoro. Menteng, pada tahu 1976. Tiba di sana aaku langsung diajak ke backyard (halaman belakang) di mana masih ada sumur dengan memakai timba. Ibu Sim menghidangkan teh. Ketika Sabam Sirait mendengar  pertemuan ini dia komentar, gila lu Rid, kita-kita aja belum pernah diajak ke backyard? 

Dalam pertemuan itu aku bertanya begini kepada beliau:

Ridwan Saidi (RS): Apa penyebab perbedaan bapak ketika jabat Kepala Staf Angkatan Perang dengan partai-partai Islam?

Simatupang: Soal DI/TII

RS: Partai-partai Islam pro DI?

Simatupang: Tidak tidak..! Mereka mau penyelesaian tanpa kekerasan. Menurut kami itu makan waktu lama. Kami memilih penumpasan.

RS: Bapak pensiun belum usia 40 dengan pangkat Mayjen. Kenapa bapak minta pensiun dini?

Pak Sim tak menjawab. Dari keterangan yang kuhimpun, Pak Sim melarang kegiatan PKI setelah peristiwa Madiun 1948. Bung Karno murka. Pada th 1952 Bung Karno pulihkan PKI dengan terima pimpinan PKI Tan Ling Jie, DN Aidit, MH Lukman, dan Nyoto di Istana. 

Pada waktu lain, saya bertamu di tokoh hari Pahlawan 10 November 1945 di Surabaya. Siapa tak kenal Bung Tomo? Ia orator via RRI Surabaya jaman revolusi yang memekik Allahu Akbar. Selain itu menjelang pemilu 1955 Bung Tomo mendirikan Partai Rakyat Indonesia disingkat PRI dengan tanda gambar pohon kelapa. PRI tak beruntung dalam Pemilu 1955.

Aku bertemu Bung Tomo 1980-an di sebuah mesjid di Kebàyoràn pas bubar Jumatan. Kutegur beliau, ia menoleh ke aku. Eh, katanya. Sambil toleh kiri kanan.

RS: Cari apa, Pak?

Bung Tomo; Sepatu saya ada yang curi.

Ya Allah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement