REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan kepada masyarakat tentang cara membaca data perkembangan penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia. Wiku menilai pemahaman membaca data Covid-19 penting untuk memberikan gambaran kasus Covid-19 yang sebenarnya terjadi pada periode waktu tertentu.
Ia mengatakan, angka-angka statistik dalam data telah dianalisis dari data yang ada di lapangan. "Saya mencoba mengajak rekan-rekan media masyarakat maupun jajaran pemerintah daerah untuk kembali mendalami makna dibalik analisis situasi Covid-19," kata Wiku dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (19/8).
Ia menjelaskan, pertama terkait grafik kasus kumulatif atau total kasus. Wiku menyebut jika dilihat dari grafik kumulatif baik kasus positif, kesembuhan maupun kematian, maka kecuraman grafik dapat memberikan makna lebih dalam."Semakin curam kemiringannya, maka semakin cepat kondisi angka tersebut meningkat atau menurun dari waktu ke waktu," kata Wiku.
Kedua, lanjut Wiku, melihat pergerakan kasus dalam mingguan yakni tujuh sampai 14 hari. Ia menilai analisis ini penting agar lebih cermat dalam menyimpulkan kondisi di suatu daerah secara lebih valid. "Dengan melihat tren pada satu atau dua minggu daripada hanya mengambil kondisi harian yang amat dinamis," ujarnya.
Sedangkan ketiga, terkait kecepatan infeksi atau infection rate per jumlah populasi. Wiku menilai perlu adanya perbandingan kasus yang sesuai antar negara antar provinsi maupun kabupaten/kota. Ia menilai perbandingan kasus Covid-19 harus dibandingkan dengan menggunakan angka kasus per 100 ribu penduduk tiap wilayah.
"Kita tidak bisa serta-merta melihat keparahan kondisi langsung antar daerah berpopulasi padat dengan rendah, hanya dengan jumlah kasus. Oleh karena itu sebaiknya dalam melakukan perbandingan maka digunakan angka kasus per 100 ribu penduduk tiap daerah," kata Wiku.
Lalu keempat, terkait hasil tes positif atau positif rate. Wiku mengatakan, angka ini umumnya keluar dalam bentuk persentase dan dapat menggambarkan persebaran virus.
Menurutnya, semakin tinggi persentasenya, maka semakin cepat virus meluas di suatu daerah."Semakin besar prioritas testing pada kasus positif dan kontak erat maka angka positif rate akan semakin tinggi, idealnya ialah angka ini direpresentasikan dari upaya testing yang masif terutama pada kontak erat," kata Wiku.
Sementara yang kelima, terkait kapasitas tempat tidur dan angka perawatan Covid 19. Ia menyebut, tren dalam grafik perawatan dari waktu ke waktu dapat menggambarkan keparahan kasus aktif atau orang-orang yang sedang sakit.
Karena itu, untuk dapat memahami dampak keterisian rumah sakit khususnya terhadap sistem kesehatan maka dapat diketahui dari rasio kapasitas tempat tidur dengan jumlah orang yang dirawat.
Wiku pun berharap masyarakat bisa teredukasi dalam membaca data perkembangan penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia. Karena semakin tingginya literasi Indonesia terkait data, akan mencegah terjadinya perpecahan diskusi terkait angka dan narasi spesifik tertentu. Ia mengatakan, meski kondisi data saat ini belum sepenuhnya sempurna, bukan berarti data yang ada tidak dapat digunakan. Karena analisis tren data dapat memberikan gambaran langkah strategis, langkah apa yang seharusnya diambil. Wiku berharap masyarakat maupun media massa memanfaatkan kanal-kanal informasi milik pemerintah yang menyediakan hasil analisis rutin beserta penjelasannya.