REPUBLIKA.CO.ID, oleh Novita Intan, Fauziah Mursid
Dalam pidato RAPBN 2022 secara virtual, Senin (16/8), Presiden Joko Widodo (Jokowi) memproyeksikan defisit anggaran sebesar 4,85 persen pada 2022. Prediksi itu sebagai langkah untuk mencapai konsolidasi fiskal.
"Defisit anggaran tahun 2022 direncanakan sebesar 4,85 persen terhadap PDB atau Rp 868,0 triliun," ujar Jokowi.
Menurut Jokowi, pada 2023 defisit anggaran dapat kembali ke level paling tinggi tiga persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Jokowi memastikan defisit anggaran pada 2022 dikelola secara hati-hati dengan tetap menjaga keberlanjutan fiskal.
"Defisit anggaran 2022 akan dibiayai dengan memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang aman dan dikelola secara hati-hati, dengan menjaga keberlanjutan fiskal,” ucapnya.
Jokowi juga berkomitmen menjaga keberlanjutan fiskal dilakukan agar tingkat utang dalam batas yang terkendali. Pada 2022, Jokowi menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai kisaran lima persen sampai 5,5 persen.
“Perkembangan perekonomian tahun depan masih dipengaruhi pandemi Covid-19,” ucapnya.
Pada hari ini, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebut penyebaran Covid-19 varian Delta berpotensi memperlebar angka defisit APBN 2021 sebesar 5,82 persen dari produk domestik bruto (PDB). Adapun angka ini lebih besar dari target sebelumnya, sebesar 5,7 persen terhadap PDB.
Kepala BKF Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan, adanya wabah ini membuat pemerintah menurunkan target pertumbuhan ekonomi 2021, dari sebelumnya pada rentang 4,5 persen sampai 5,3 persen menjadi 3,7 persen sampai 4,5 persen.
"Indonesia dan seluruh negara menghadapi ketidakpastian lebih besar lagi akibat varian Delta. Kita harus respons lagi dengan segala ikhtiar, termasuk diperkenalkan PPKM berlevel," ujarnya saat konferensi pers virtual seperti dikutip Kamis (19/8).
Oleh karenanya, Febrio memperkirakan defisit APBN akan turut membesar jadi 5,82 persen. Namun, Febrio menjelaskan, outlook defisit anggaran secara nominal justru turun jadi Rp 939,6 triliun dari target sebelumnya Rp 1.006,4 triliun.
Dengan catatan, pertumbuhan PDB juga lebih rendah, sehingga outlook defisit APBN 2021 berada pada kisaran 5,82 persen.
"Kita lihat untuk nominal defisitnya sebenarnya turun dibandingkan dengan asumsi defisit APBN 2021 Rp 1.006,4 triliun jadi Rp 939,6 triliun. Jadi secara nominal defisitnya turun," tegasnya.
Kendati begitu, Febrio menilai risiko yang ditimbulkan akan lebih rendah lantaran kebutuhan pembiayaan juga turun menjadi Rp 66,8 triliun.
"Kami berharap pasar dan lembaga rating tidak terkejut melihat semua angka ini. Ini jadi suatu perspektif positif makro sebab nominal defisit APBN juga rendah," tutup Febrio.
In Picture: Anggaran Infrastruktur 2022