Kamis 19 Aug 2021 05:33 WIB

Kencan Terlarang tak Terhenti Gara-Gara Pandemi

Sejumlah PSK tetap melayani pelanggan meski menurunkan tarif selama pandemi.

Pekerja seks komersil (PSK) terjaring razia
Foto:

Yang Penting Dapat Tamu

Put memanfaatkan aplikasi pertemanan untuk mendapatkan tamu. Akun aplikasi ia kelola sendiri, sehingga tak perlu membayar asisten. “Bayar kos saja sudah Rp 2 juta per bulan,” ujar Put.

Sementara Ang dibantu asisten untuk mencari tamu lewat aplikasi pertemanan. “Asisten saya kasih Rp 200 ribu setiap dapat satu tamu,” ujar Ang yang mengaku berasal dari Bogor.

Ang tak khawatir tertular Covid-19 ketika berhubungan fisik dengan para tamunya. Ketika terserang flu, ia pun tak langsung berpikir terpapar Covid-19 lalu bersegera melakukan uji usap. Ia cukup “menghajarnya” dengan vitamin dan makan enak. Ia juga rajin melakukan terapi aroma di kamarnya. “Ini hasil antigen, negatif,” ujar Ang, Rabu (21/7), memperlihatkan hasil uji usap antigen yang ia lakukan pada 18 Juli 2021.

Pandemi juga tak menghalangi Ang menerima ajakan tamu ke luar kota. Pada Juni 2021, ia mengaku menemani tamu di Makassar selama empat hari dan aman-aman saja. Ia sempat sedikit panik ketika teman kos sebelah kamarnya terpapar Covid-19 sepulang dari menemani tamu di luar kota.

Vit –mengaku berusia 23 tahun- berusaha mencegah terpapar Covid-19 dengan strategi menghindari kota yang sedang rawan Covid-19. Ketika kasus Covid-19 di Jakarta naik, ia memilih pergi ke Surabaya. Ia menginap di hotel dekat Bandara Juanda.

“Belum berani ke Jakarta,” kata Vit akhir April 2021, yang ketika di Jakarta menyewa kamar hotel di daerah Kebun Sirih, Jakarta Pusat.

Baca juga : Jurus Jitu Cegah Cluster Keluarga

Vit yang mengaku berasal dari Dayeuhkolot, Bandung, itu, juga rajin mengonsumsi vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh selama pandemi. Dalam sehari jika sedang ramai, ia bisa menerima enam tamu dengan tarif Rp 1 juta sekali kencan.

Pernah juga kondisi kesehatannya menurun, karena jadwal menerima tamu pada malam hari hingga pagi hari. Jika ada tamu yang khawatir ia sedang kena Covid-19, ia lantas memberi tahu hasil uji usap yang negatif. Namun, ia tak pernah menanyakan hal ini kepada orang-orang yang mengajaknya kencan lewat aplikasi pertemanan. Karena, kata Vit, yang penting mendapat tamu dan dapat uang.

Ketika pandemi muncul dan tempat kerjanya di sebuah spa di Lengkong, Bandung, harus tutup sementara, Bun (34 tahun) memilih pergi ke Jakarta. Itu awal mula ia membuat akun di aplikasi pertemanan untuk mencari tamu dengan tarif Rp 800 ribu sekali kencan.

Di Jakarta ia menyewa kamar di sebuah penginapan di Tendean, Jakarta Selatan. Setelah PSBB selesai dan spa tempatnya bekerja sudah buka lagi dengan menjalankan protokol kesehatan –setelah enam bulan tutup, ia tak lagi mencari tamu lewat aplikasi pertemanan. Ia masuk kerja lagi. Ia rajin minum vitamin dan rutin uji usap. “Amit-amit kalau sampai kena,” kata dia.

May (31 tahun) juga terpaksa membuat akun di aplikasi pertemanan karena restoran Korea tempatnya bekerja tutup permanen setelah ada pandemi Covid-19. “Pemiliknya orang Korea, pulang ke Korea setelah ada Covid-19. Belum bisa balik lagi ke sini,” ujar May yang mengaku dari Karawang, awal Mei 2021.

Untuk bisa menerima tamu, ia memilih menyewa kamar hotel di Jakarta. Ia mengaku takut juga terpapar Covid-19, tetapi keadaan yang membuatnya harus beralih pekerjaan karena tak ada penghasilan lagi begitu restoran tempatnya bekerja ditutup tanpa ada uang pesangon. Karenanya, ia rajin minum minuman herbal untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Di usianya yang ke-28 pada 2019, Ard mengaku sempat berniat berhenti menjalani pekerjaannya karena ada tamu yang mengaku duda usia 44 tahun tanpa anak terlihat serius menjalin hubungan dengannya. Tamunya itu selalu memberi uang bulanan kepada Ard. Bahkan, ia sudah memperkenalkan Ard kepada keluarganya.

Baca juga : Jokowi Daulat Purnapaskibraka 2021 Jadi Duta Pancasila

Namun ada adik tamunya itu yang menurut Ard resek. Bertanya detail soal dirinya dan keluarganya. Untuk pekerjaan, Ard menyebut sebagai sales promotion girl (SPG) rokok. “Eh dijawab begitu, lalu nanya gaji SPG memang berapa kok bisa punya HP harga Rp 6 juta? Emang nggak boleh orang nabung buat beli barang kesukaan,” ujar Ard dengan mimik kesal karena merasa dicurigai.

Hubungan terus berjalan, tetapi tiga bulan setelah pertemuan dengan keluarga tamunya itu, Ard merasa tamunya itu mulai susah dihubungi. Hingga di awal 2020, benar-benar tak bisa dihubungi sama sekali.

Maka, Ard kembali mencari tamu lagi yang mau memanggilnya ke hotel/apartemen. Kencan short time ia patok Rp 2 juta dan long time Rp 6 juta. Meski muncul pandemi Covid-19, Ard tetap harus mencari tamu, karena ini sumber utama penghasilan dia. Di awal-awal pandemi benar-benar tak ada tamu dan baru ada lagi ketika pemerintah telah melakukan pelonggaran dan tempat-tempat karaoke mulai buka dalam waktu terbatas.

Mendapatkan tamu lewat aplikasi pertemanan, ia tak melulu langsung bertemu tamunya di hotel atau apartemen. Ada yang mengajak ke tempat karaoke atau restoran terlebih dulu. “Takut-takut juga, jadi selalu bawa minyak kayu putih dan hand sanitizer,” ujar Ard yang mengaku tinggal di Pondok Gede, Bekasi.

Dampak pandemi

Terkait dengan prostitusi daring selama pandemi ini, Polda Metro Jaya telah membongkar aktivitas prostitusi daring yang melibatkan anak di bawah umur. Menurut Kepala Subdirektorat V Remaja, Anak, dan Wanita (Subdit V Renakta) Direktorat Krimimal Umum (Ditkrimum) Polda Metro Jaya AKBP Pujiyarto, selama pandemi hingga Juni 2021, Subdit V Renakta telah menangkap 528 orang, 191 di antaranya anak di bawah umur.

“Sebanyak 25 orang telah ditetapkan sebagai tersangka," ujar Pujiyarto kepada Republika.

Pujiyarto menilai, maraknya prostitusi daring yang melibatkan anak di bawah umur ini terkait dengan masalah ekonomi di masa pandemi Covid-19. Selama pandemi banyak anak yang tidak bersekolah dan banyak orang orang dewasa yang kehilangan pekerjaan. Sehingga mereka mencari jalan lain berupa praktik prositusi untuk menutupi kebutuhan ekonominya. Fakta ini, kata Pujiyarto, sejalan dengan banyaknya laporan prostitusi daring yang masuk ke Polda.

Kepada Republika, komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Ai Maryati Solihah mengakui, sejak 2018 semakin banyak hotel dan apartemen yang dijadikan tempat prostitusi anak di bawah umur. Karena itu, pihaknya mendorong pemerintah untuk meningkatkan fungsi kontrol dan pengawasan. Tidak hanya kontrol terhadap hotel atau apartemen, tapi juga terhadap aplikasi media sosial yang menjadi medium untuk transaksi prostitusi anak.

Pengungkapan kasus prostitusi selama pandemi oleh Polda Metro Jaya pertama kali mengemuka lewat kasus prostitusi daring yang melibatkan anak di bawah umur di Apartemen Green Pramuka, Jakarta Pusat, pada 9 Januari 2021. Dari 47 orang yang ditangkap, 12 di antaranya masih di bawah umur. Oleh muncikarinya, 12 anak perempuan itu dipasarkan lewat aplikasi pertemanan.  

Berselang dua bulan kemudian, anak perempuan berusia 12 tahun yang masih duduk di kelas lima sekolah dasar, nyaris kehilangan kehormatannya. Oleh DF (27 tahun), ia ditawarkan lewat aplikasi pertemanan ke para hidung belang. Ada tiga tamu yang sudah memesan anak yang oleh DF dikatakan berusia 16 tahun itu. Beruntung Unit Reskrim Polsek Kelapa Gading menggagalkannya sebelum anak itu melayani tamu-tamunya di Apartemen Gading Nias, pada 11 Maret 2021.

Jajaran Polda Metro Jaya juga membongkar kasus prostitusi daring yang melibatkan anak di bawah umur di Hotel Alona di kawasan Kreo, Larangan, Tangerang, pada 17 Maret 2021. Saat penggerebekan, polisi mendapati 15 anak perempuan berusia 14-16 tahun. Mereka dipasarkan dengan tarif mereka Rp 400 ribu hingga Rp 1 juta.

Tidak kalah mencengangkan lagi kasus prostitusi daring yang melibatkan anak anggota DPRD Bekasi. AT (21 tahun), anak anggota dewan itu, memasarkan Pu (15 tahun) setelah ia perkosa beberapa waktu sebelumnya. Pengungkapan kasus ini berawal dari laporan kepada polisi dengan nomor LP/971/K/IV/2021/SPKT/Restro Bekasi Kota, Senin (12/4). AT sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan. Pada April pula, polisi mengungkap kasus prostitusi anak di sebuah hotel di Tebet, Jakarta Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement