Senin 16 Aug 2021 21:10 WIB

Filosofi Baju Adat Baduy yang Dipakai Presiden Jokowi

Sejarawan mengapresiasi Jokowi yang kerap memakai pakaian adat untuk acara kenegaraan

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Karta Raharja Ucu
Presiden Joko Widodo mengepalkan tangan saat menyampaikan pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2021 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/8/2021).
Foto:

Asep mengapresiasi Jokowi yang kerap memakai pakaian adat untuk acara kenegaraan seperti Sidang Tahunan MPR dan Upacara Kemerdekaan. Dia juga menyebut pakaian adat Baduy versi Jokowi ini sangat elegan. Menurutnya, sebagai kepala negara Jokowi memahami bahwa masyarakat Baduy adalah suku yang hingga saat ini memegang adat dan tradisi, masih menjaga dan hidup berdampingan dengan alam.

"Baduy adalah kemerdekaan yang sesungguhnya. Orang Baduy merdeka, menjaga alam dan hidup berdampingan dengan alam. Itu saya kira pesan terselubung yang mestinya disuarakan kepada masyarakat dunia dan Indonesia. Mari menjaga alam dan budaya karena itu sumber kehidupan kita," tambahnya.

photo
Warga Baduy mengikuti Tradisi Seba di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Jumat (21/5/2021). Seba Baduy merupakan tradisi tahunan warga Baduy sebagai ungkapan rasa syukur serta menjadi media komunikasi adat Suku Baduy dengan pemerintah yang digelar pada tanggal 21-23 Mei 2021. - (Antara/Muhammad Bagus Khoirunas)

 

Komunitas adat Baduy memiliki struktur masyarakat yang bisa dikatakan unik. Sebab, terdapat dua komunitas dalam satu wilayah dekat, yakni komunitas adat Baduy Luar dan komunitas adat Baduy Dalam. Warga Baduy Luar tinggal di kawasan yang berbatasan langsung dengan dunia luar. Sedangkan Baduy dalam terlindungi di bagian dalam wilayah adat Baduy.

Sejatinya, keduanya memiliki bahasa dan mata pencaharian yang sama. Bedanya, komunitas adat Baduy Luar telah mengadopsi secara terbatas budaya luar.

Mengutip situs resmi Pemprov Banten, Suku Baduy Dalam merupakan suku asli Sunda Banten yang masih menjaga tradisi anti modernisasi, baik cara berpakaian maupun pola hidup lainnya. Suku Baduy-Rawayan tinggal di kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas 5.101,85 hektar di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.

Perkampungan masyarakat Baduy umumnya terletak di daerah aliran Sungai Ciujung di Pegunungan Kendeng. Daerah ini dikenal sebagai wilayah tanah titipan dari nenek moyang, yang harus dipelihara dan dijaga baik-baik, serta tidak boleh dirusak.

photo

Sejumlah warga Baduy Dalam berjalan menuju kota Rangkasbitung di Lebak, Banten, Jumat (21/5/2021). Pelaksanaan tradisi Seba Baduy pada tanggal 21-23 Mei 2021 tersebut digelar secara terbatas dengan jumlah 20 orang warga Baduy yang akan berkunjung ke Bupati dan Gubernur. - (MUHAMMAD BAGUS KHOIRUNAS/ANTARA)

Berbeda dengan suku Baduy Luar, komunitas Baduy Dalam terkesan lebih tertutup dan mereka tetap memegang teguh adat asli leluhur. Misalnya, mereka tidak diperbolehkan memiliki atau menyimpan benda 'modern' atau benda asing yang ditabukan oleh adat. Mereka juga tidak diperbolehkan naik atau mengendarai kendaraan bermotor apa pun.

Sehingga, ke mana pun dan sejauh apapun mereka pergi hanya berjalan kaki. Warga Baduy Dalam juga tidak diperbolehkan merokok dan tidak memakai sabun untuk mandi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement