REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, banyak jenazah yang belum terkonfirmasi positif Covid-19 tapi dimakamkan dengan protap Covid-19 sejak pertengahan Juni hingga pertengah Juli. Hal itu terjadi karena banyak faktor.
Anies menerangkan, sejak pertengahan Juni, angka pemakaman dengan protap Covid-19 naik pesat hingga mencapai puncaknya pada 10 Juli. Saat masa puncak itu, setiap harinya terdapat 400 jenazah yang dimakamkan dengan protap Covid-19.
"Sedangkan kematian terkonfirmasi Covid-19 yang sudah keluar hasil tesnya sempat mencapai angka 200-an setiap hari," kata Anies dalam dalam video yang diunggah di akun YouTube resmi Pemprov DKI Jakarta, Sabtu (14/8).
Meski hampir setengahnya belum terkonfirmasi positif, kata Anies, tapi mereka tetap dimakamkan dengan protap Covid-19 karena sebelum meninggal sudah menunjukkan gejala Covid-19 dengan jelas. Hanya saja, hasil tes PCR-nya belum keluar saat mereka meninggal.
Menurut Anies, jarak yang lebar antara jumlah jenazah yang dimakamkan dengan protap Covid-19 dan jumlah pasien positif yang meninggal terjadi karena hasil tes terlambat keluar dan karena banyak warga yang mendatangi fasilitas kesehatan saat kondisinya sudah parah. "Ini (juga) menggambarkan beban laboratorium kita sangat besar (ketika itu)," ujarnya.
Namun demikian, lanjut Anies, kini jarak itu sudah mengecil seiring menurunnya pertambahan kasus harian. Rata-rata per hari sebanyak 50 jenazah yang dimakamkan dengan protap Covid-19. Sedangkan angka kematian terkonfirmasi positif rata-rata 40 orang per harinya.
"Artinya, kalau kita lihat beban laboratoriumnya sudah turun, hasil tes bisa keluar lebih cepat," kata Anies.
Adapun penurunan angka kematian terkait Covid-19, kata dia, terjadi karena warga bisa dalam waktu singkat mendapat perawatan di rumah sakit. Hal ini bisa terjadi karena beban kapasitas kesehatan terus berkurang. Tak seperti bulan lalu, di mana warga harus mengantre untuk masuk IGD Covid-19.