Jumat 13 Aug 2021 17:16 WIB

PKB: Baliho Naikkan Popularitas, tapi Belum Siginifikan

Pemasangan baliho dapat meningkatkan tingkat pengenalan masyarakat terhadap tokoh.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Agus Yulianto
 Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid
Foto: MPR
Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilu Fawaid mengatakan, pemasangan baliho berhasil menaikkan tingkat kepopularitasan dan pengenalan masyarakat terhadap ketua umum partai, Muhaimin Iskandar. Namun, dia mengakui, hasilnya untuk saat ini belum signifikan.

"Ada peningkatan, namun belum signifikan. Pemasangan baliho oleh sejumlah simpatisan menambah semangat kerja," ujar pria yang akrab disapa Gus Jazil itu lewat pesan singkat, Jumat (13/8).

PKB, kata Gus Jazil, juga tengah fokus melayani masyarakat lewat kerja-kerja partai. Pihaknya juga menghormati sikap partai lain yang juga memasang baliho di banyak daerah.

"Silakan yang mau pasang baliho, toh kita tidak tahu persis motif dan tujuannya. Kita kompetisi berbasis kebaikan," ujar Gus Jazil.

Di samping itu, ia menyambut baik hasil survei Charta Politika yang menempatkan partainya di peringkat ketiga dengan elektabilitas tertinggi. Menurutnya, itu tanda PKB masih mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.

"Doa dan harapan kita tentu bagaimana bisa menjadi pemenang pemilu atau paling tidak bisa menggeser Gerindra di dua besar. Saya rasa masih ada waktu untuk mengejar menjadi dua besar,” ujar Gus Jazil.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif  Charta Politika Yunarto Wijaya menjelaskan, pemasangan baliho dapat meningkatkan tingkat pengenalan masyarakat terhadap seorang tokoh. Namun, tingkat pengenalan yang tinggi lewat pemasangan baliho tidak selamanya berkorelasi baik dengan elektabilitas seseorang.

Justru sebaliknya, hal tersebut dapat menjadi bumerang yang malah menyebabkan elektabilitas Puan dan Airlangga menurun. Sebab pemasangannya dilakukan di saat masyarakat tengah kesulitan akibat pandemi Covid-19.

"Pilihan menggunakan baliho yang orang tahu itu menggunakan dana yang sangat besar, itu akan menjadi efek bumerang dalam situasi krisis sulit seperti sekarang ini. Karena ketika bicara kondisi sulit, tapi ada elite yang bisa menggunakan uang miliaran untuk kebutuhan dirinya narsis, itu akan direspon berat," ujar Yunarto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement