Sabtu 14 Aug 2021 05:01 WIB

Sudah Rindu Bioskop Belum?

Bioskop bisa menjadi pelepas penat di masa pandemi.

 Masyarakat memakai masker sebagai antisipasi terhadap virus corona saat tiba di bioskop KCM Cinemas Bekasi, Jawa Barat, Kamis, 5 November 2020.
Foto:

Sayangnya, potret keramaian di bioskop tak lagi terlihat sejak penutupan bioskop pertama kali dilakukan selama pandemi Covid-19. Dalam aturan mengenai pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah di Indonesia untuk menekan penyebaran Covid-19, bioskop menjadi salah satu sektor yang terkena dampak. Di Jakarta, semua jaringan bioskop baik itu XXI, CGV, maupun Cinepolis, harus menghentikan sementara kegiatan operasionalnya sejak Maret 2020.

 

Bioskop diizinkan buka kembali mulai Oktober 2020. Hal itu tak disia-siakan oleh CGV. Sejak 21 Oktober 2021, CGV kembali membuka jaringan bioskopnya di Jakarta, dimulai dengan empat lokasi terlebih dahulu yakni CGV Grand Indonesia, CGV AEON Mall Jakarta Garden City, CGV Green Pramuka Mall, dan CGV Transmart Cempaka Putih. Namun keputusan berbeda diambil XXI yang memutuskan menunda membuka kegiatan operasionalnya di DKI Jakarta dengan alasan terbatasnya jumlah film yang akan ditayangkan.

 

Pandemi menjadi pukulan hebat bagi para banyak pihak. Tak hanya bagi pengusaha bioskop, tapi juga para pelaku industri film Tanah Air. Rumah-rumah produksi berhenti membuat film sementara karena terlalu berisiko. Padahal di balik produksi sebuah film, ada ratusan bahkan ribuan orang terlibat.

 

Nihilnya produksi membuat mereka kehilangan pendapatan. Saya tidak hanya membicarakan soal aktor dan aktris, tetapi lebih dari itu. Ada para kru di balik layar, seperti di departemen penyutradaraan, artistik, kamera, suara, kostum, tata rias, hingga pascaproduksi.

 

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, pernah mengatakan tahun 2019 adalah masa keemasan industri perfilman Indonesia. Tercatat lebih dari 50 juta kunjungan ke bioskop dan itu dianggap sebagai sinyal kebangkitan film Indonesia. Pada tahun tersebut, terdapat 129 judul film nasional yang dirilis di bioskop dengan total 52 juta kunjungan untuk film nasional. Jika dirata-rata, satu judul film ditonton oleh kurang lebih 400 ribu penonton.

 

Sebelum pandemi, industri perfilman Indonesia menduduki peringkat 10 dunia sebagai pasar film terbesar di dunia dengan nilai sebesar 500 juta dolar AS pada akhir 2019. Namun, pandemi yang terjadi pada 2020 memaksa kemajuan industri film Indonesia melakukan pemrograman ulang.

 

Industri perfilman Tanah Air menderita penurunan sebesar 97 persen di kala pandemi sepanjang 2020. Selama pandemi, data per akhir Februari 2021 menunjukkan terdapat sembilan judul film nasional yang dirilis di bioskop dengan total penonton hanya sekitar 400 ribu orang.

 

Ketua Umum Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin menyatakan, bioskop sedang berada dalam masa sulit. Jumlah penonton selama pandemi sangat minim. Untuk ukuran bioskop independen, penghasilan per hari dari tiket hanya sekitar Rp 1,5 juta. Angka tersebut jauh lebih kecil dibandingkan kondisi normal sebesar Rp 30 juta. Padahal, kata dia, kebutuhan biasa listrik untuk bioskop Rp 70 juta per bulan. Belum lagi untuk membayar karyawan bioskop.

 

GPBSI sempat melontarkan harapan yang tak muluk kepada pemerintah. Pengelola bioskop hanya berharap agar ada keringanan terkait tagihan listrik bioskop. Ada sekitar 428 bioskop dengan 2.050 layar di Indonesia yang menghadapi problem tersebut.

 

Asa serupa mengalir dari para pelaku industri film untuk menyelamatkan industri film dari hulu sampai hilir yang terkena dampak pandemi Covid-19. Mereka menyampaikan harapan tersebut kepada Presiden Joko Widodo. Presiden pun lantas menerima dan menyambut positif permintaan tersebut.

 

Pada Maret 2021, Jokowi menyatakan akan berkoordinasi dengan kementerian-kementerian terkait untuk menyusun ....

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement