Senin 09 Aug 2021 14:02 WIB

Ujian Terberat Ekonomi Kuartal III 2021

Pertumbuhan ekonomi kuartal II adalah biasa saja dan terjadi di semua negara.

Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (21/5/2021). Ekonomi kuartal III menghadapi tantangan berat.
Foto:

Oleh : Elba Damhuri, Kepala Republika.co.id

Perusahaan-perusahaan besar memilih tidak melakukan ekspansi atau perluasan bisnis. Kredit dari perbankan tidak digunakan korporasi kakap dan menengah ini. Sebaliknya, ada dari mereka yang malah melunasi utang-utangnya ke perbankan sebelum waktunya karena itu dinilai jauh lebih menguntungkan dibandingkan meneruskan kredit mereka.

Menteri Keuangan Sri Mulyani pun bersikap realistis atas situasi ini dan menyebut rentang pertumbuhan ekonomi kuartal III 2021 antara 4-5 persen saja. Angka ini di bawah pencapaian ekonomi kuartal II 2021 sebesar 7 persen.

Pada sisi lain, ada kabar kurang enak dari Bank Dunia tentang status Indonesia yang kembali menjadi negara lower middle income country dari sebelumnya upper middle income country. Penurunan status Indonesia disampaikan Bank Dunia pada awal Juli 2021.

Padahal, Juli tahun lalu Bank Dunia menaikkan status Indonesia dari lower middle income country menjadi upper middle income country di tengah pandemi covid-19. Dampak covid yang begitu dalam terhadap pendapatan dan perekonomian nasional menjadi sebab Bank Dunia menurunkan status Indonesia.

Bank Dunia menyatakan Gross National Income (GNI) atau pendapatan nasional bruto per kapita Indonesia pada 2020 turun menjadi 3.870 dolar AS dari 4.050 dolar AS per kapita. Artinya, ada tantangan terkait dengan daya beli masyarakat terutama masyarakat dari kalangan menengah bawah.

Para ekonom pun memiliki pandangan yang sama bahwa ekonomi Indonesia pada kuartal III 2021 akan mengalami tantangan berat. Ketika pertumbuhan melesat pada kuartal sebelumnya berbasis low base effect, maka pada kuartal berikutnya kemungkinan besar pertumbuhan akan turun. Seberapa dalamnya penurunan itu tergantung pada strategi spending, konsumsi, ekspor, dan belanja swasta.

Apa yang Harus Dilakukan?

Dalam diskusi sektor keuangan dengan sejumlah jurnalis ekonomi pada akhir pekan ini, Ketua OJK Wimboh Santoso memaparkan sejumlah langkah untuk memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia ini. Pertama, kata Wimboh, perlu untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan konsumsi domestik, utamanya konsumsi rumah tangga yang berkontribusi sebesar 52,9 persen dari PDB.

"Ini jelas sekali di mana struktur ekonomi Indonesia didorong oleh konsumsi domestik yang sangat dipengaruhi mobilitas masyarakat," kata Wimboh.

Kedua, adanya kebijakan stimulus di sektor properti dan kendaraan bermotor yang mempunyai multiplier effect tinggi telah berhasil mendorong konsumsi rumah tangga. Dari data BPS, Penjualan mobil naik 758,68 persen (yoy) dan sepeda motor sebesar 268,64 persen (yoy).

Dari catatan OJK, pertumbuhan ekonomi tersebut juga didukung pertumbuhan kredit yang hingga Juni 2021 mencapai sebesar Rp 5.581 triliun atau tumbuh sebesar Rp 100,23 Triliun (1,83 persen year to date).

Ketiga, Wimboh menyebut perlunya....

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement