REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bali, Gede Putra Suteja, mendorong penyediaan tempat isolasi terpusat di tingkat desa. Sebab, lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi dua pekan terakhir menyebabkan tempat isolasi terpusat di kabupaten/kota hampir penuh.
"Mudah-mudahan ke depan bisa diperbanyak tempat isolasi mandiri dan terpusatnya bisa berdekatan. Mungkin basic-nya bisa di desa kalau sekarang kan basicnya di kabupaten/kota," ujar Suteja dalam konferensi pers daring bersama Tim Mitigasi IDI pada Rabu (4/8).
Menurut dia, tempat isolasi terpusat di tingkat desa bisa menjadi solusi mengatasi masih banyaknya warga yang enggan diperiksa saat proses pelacakan dari orang terkonfirmasi positif Covid-19. Suteja mengatakan, mereka khawatir akan dibawa ke luar daerah untuk menjalani karantina di lokasi isolasi terpusat.
Dia menyarankan agar masyarakat yang terpapar Covid-19 bisa menjalani karantina di tempat isolasi terpusat tingkat desa untuk dibantu kebutuhan sehari-harinya. Kehilangan pekerjaan atau pendapatan demi memenuhi kebutuhan harian juga menjadi alasan warga enggan diperiksa.
Suteja menyebutkan, tingkat pelacakan atau tracing di Bali cukup rendah. Dari satu kasus terkonfirmasi positif Covid-19, pelacakan dilakukan hanya kepada tiga sampai lima orang, jauh dari rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Gubernur sih bilang akan meningkatkan tracing ini, karena kendala seperti tadi, karena masyarakat itu terkesan takut untuk di-tracing, takut untuk dibawa ke tempat isolasi terpusat yang tempatnya jauh," kata Suteja.
Selain itu, dia juga menyampaikan soal langkanya obat Covid-19 terumata antivirus di lapangan. Para dokter melaporkan keterbatasan obat, baik untuk mereka yang menjalani isolasi mandiri maupun isolasi terpusat.
"Jujur kita akui bahwa keterbatasan obat di paket-paket obat terutama obat-obat antivirus itu langka di lapangan," tutur dia.