REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga swadaya masyarakat Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) menyatakan transformasi layanan kesehatan primer menjadi salah satu jalan bagi Indonesia untuk keluar dari pandemi COVID-19. Transformasi layanan kesehatan primer dapat diupayakan melalui integrasi layanan dan keterlibatan masyarakat untuk dapat memperkuat kesiapan komunitas menghadapi berbagai macam ancaman dan tantangan kesehatan.
"Transformasi itu dapat berjalan diantaranya dengan dukungan regulasi, birokrasi hingga gerakan dari masyarakat," kata pendiri CISDI Diah Saminarsih dalam webinar bertema "Bergandeng Tangan, Menyelamatkan Nyawa: Cegah Sistem Kesehatan Kolaps, Perkuat Puskesmas" yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu (4/8).
CISDI bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat membuat program Puskesmas Terpadu dan Juara (PUSPA) dalam memperkuat respons COVID-19 di 100 puskesmas. "100 puskesmas PUSPA menjangkau 7,2 juta orang. Harapannya adalah 7,2 juta orang itu nyawanya bisa terselamatkan karena intervensi yang dilakukan tingkat kesehatan primer," katanya.
Ia mengemukakan program PUSPA itu melibatkan kader hingga komunitas masyarakat untuk meningkatkan kemampuan pelacakan kontak, pemantauan kontak erat, pemantauan kasus suspek, dan pemantauan kasus positif. "Masyarakat sipil sangat penting, sebagai eksekutor lapangan, implementor, ikut mendesain kebijakan dan menginkubasi inovasi di lapangan," katanya.
Ia menambahkan keterlibatan kader PUSPA dan komunitas masyarakat sebagai bagian dari puskesmas juga dapat menjadi media untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat. CISDI mencatat terdapat sebanyak 36.000 orang yang mendapatkan layanan kesehatan di 100 PUSPA.
Artinya, satu puskesmas memantau kurang lebih 3.000 orang. "Tentu menjadi tantangan sangat tinggi adalah kematian dalam isoman. Untuk bisa betul-betul menghentikan penyebaran COVID-19 maka tes dan lacak harus ditingkatkan," demikian Dian Saminarsih.