Senin 02 Aug 2021 18:28 WIB

Menkes Menjawab Kepastian Efikasi Vaksin Sinovac

Efikasi vaksin Sinovac masih dalam uji klinis yang laporannya kelar akhir tahun.

Santri mengecek kesehatan sebelum menerima vaksin Covid-19 Sinovac dosis pertama di Pondok Pesantren Ummul Qura, Tangerang Selatan, Banten, Ahad (1/8).  Sekitar 500 santri telah disuntik vaksin Covid-19 dosis pertama yang diselenggarakan Badan Intelejen Negara (BIN) bersama Kementerian Agama Tangerang Selatan guna mempercepat pemerataan vaksin bagi masyarakat dan kalangan pelajar. Republika/Thoudy Badai
Foto:

Vaksinolog Dirga Sakti Rambe mengatakan enam bulan pascavaksinasi tubuh memiliki sel memori yang masih mengenali virus. Apabila sampai terinfeksi, sel akan mengenalinya dan memicu kekebalan tubuh untuk melawan virus.

"Kemarin ada berita menyebutkan bahwa antibodi pascavaksinasi Covid-19 akan turun setelah enam bulan. Memang saat orang pertama kali divaksinasi, antibodinya akan naik, kemudian seiring dengan berjalannya waktu akan turun," ujarnya saat bicara vaksin Covid-19 secara virtual, Kamis (29/7).

Menurutnya, penurunan imunitas ini terjadi pada semua orang yang telah divaksin Covid-19. Kemudian, dia melanjutkan, jika ternyata setelah vaksinasi Covid-19, orang yang telah divaksin terpapar virus ini maka antibodi di tubuhnya akan segera naik. Oleh karena itu, Dirga meminta masyarakat supaya berhati-hati membaca berita yang menyebutkan bahwa antibodi pascavaksinasi enam bulan turun. Berita ini membuat seakan-akan setelah enam bulan, tubuh tidak memiliki proteksi terhadap virus.

"Itu salah, vaksin apapun secara ilmiah seiring dengan waktu akan turun antibodinya. Tetapi karena di tubuh kita ada sel pengingat atau memori, kemudian kalau sampai orang yang divaksin terpapar virus maka segera dikenali oleh sel ini dan terjadilah lonjakan antibodi," katanya.

Jadi, ia menegaskan, proteksi vaksin Covid-19 tetap ada dalam tubuh meski kadar antibodi menurun seiring dengan berjalannya waktu. Namun, sel pengingat masih bisa mengenali virus ini. Pria yang juga dokter spesialis penyakit dalam tersebut membantah kabar setelah enam bulan vaksin Covid-19, tak ada perlindungan melawan Covid-19 sehingga wajib melakukan vaksin booster. "Tidak begitu," katanya.

Terkait efikasi vaksin terhadap varian Delta, Dirga mengatakan semua merek vaksin terdampak varian baru tersebut. Penularan varian Delta hingga 97 persen lebih cepat dibandingkan varian awal Covid-19 di Wuhan, Cina."Sehingga, apapun merek vaksinnya, semua terdampak oleh varian delta. Yang membedakannya adalah seberapa terdampak," ujarnya.

Tetapi secara umum, dia melanjutkan, vaksin Covid-19 masih efektif dalam menghadapi varian Delta. Setidaknya vaksin masih efektif mencegah gejala penyakit yang berat, termasuk kematian akibat Covid-19.

Ia menyebutkan, Indonesia menggunakan vaksin merek AstraZeneca, Sinovac, Sinopharm,  Moderna, dan Pfizer. Merek Sinovac, dia melanjutkan, adalah vaksin yang menggunakan teknologi inactivated virus. Vaksin ini adalah yang paling banyak digunakan di Indonesia, termasuk nakes hingga Presiden Joko Widodo.

Teknologi virus yang dilemahkan ini telah dipakai selama puluhan tahun dan dalam jangka panjang ternyata berdampak sangat baik. "Vaksin Sinovac terbukti efektif, terutama mencegah Covid-19 berat dan kematian akibat virus ini. Namun, Vaksin Sinovac belum terbukti mencegah penularan," ujarnya.

Sementara itu, ia menambahkan, Vaksin AstraZeneca yang paling banyak dipakai di seluruh dunia. Vaksin tersebut dikembangkan dengan teknologi relatif baru yaitu viral vector.

AstraZeneca mencegah penularan Covid-19 karena efektivitasnya sebesar 81 persen. Seperti diketahui, AstraZeneca diberikan dengan dua kali suntikan dengan jeda 12 pekan.

Kemudian, dia melanjutkan, vaksin Sinopharm digunakan untuk vaksin gotong royong ternyata memiliki kemiripan dengan Sinovac. "Terutama mencegah Covid-19 yang berat," katanya.

photo
Prosedur Pengaduan Efek Vaksinasi atau KIPI - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement