Sabtu 31 Jul 2021 02:10 WIB

Peluang dan Bisnis Media di Tengah Gempuran Media Sosial

Media masih mempunyai peluang besar di tengah banjir media sosial

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Nashih Nashrullah
Media masih mempunyai peluang besar di tengah banjir media sosial. Ilulstrasi media sosial
Foto:

Terdapat 25 persen responden lainnya yang mengaku persentase karyawan yang punya kemampuan teknologi dalam perusahaan sudah mencapai 100 persen. Sedangkan  sisanya 16,7 persen responden mengaku baru 40 persen saja dari total karyawan dalam redaksi yang melek teknologi.

"Sedangkan kondisi ini untuk media di luar Jakarta, 20,8 persen pengelola mengaku bahwa 50 persen karyawannya melek dengan teknologi, dan hanya 15,1 persen yang mengaku 80 persen karyawannya melek teknologi,"  katanya.

Ignatius juga mengungkap harapan lain responden terkait peran pemerintah dalam mengangkat industri media di masa mendatang. Antara lain dengan mendorong perusahaan platform digital bekerjasama dengan media, meminta potongan pajak dan memberi iklan pemerintah ke media. 

Namun demikian, ketergantungan yang cukup tinggi kepada pemerintah, khususnya melalui iklan  menjadi dilematis tersendiri bagi media. Ada 31,4 persen responden di Jakarta dan di luar Jakarta sebanyak 29,8 persen, yang mendorong peran keterlibatan Pemerintah, melalui pemberian iklan. 

"Ini ada kecenderungan dengan iklan pemerintah yang bisa menimbulkan pertanyaan terkait dengan independensi media," ujarnya. 

Sekretaris Jenderal Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Wahyu Dhyatmika, mengatakan riset lanskap media online Indonesia diperlukan sebagai data awal (baseline) untuk menyusun langkah strategis mendukung pengembangan media online di Indonesia. 

Dia mengatakan, transisi pengelolaan media konvensional menuju media digital tidak dapat terelakkan lagi. Namun, realitas di lapangan menunjukkan banyak problem yang dihadapi dalam pengelolaan media digital mulai dari kapasitas manajemen bisnis, pemahaman jurnalisme sampai eksekusi menghasilkan produk berkualitas. 

Karena itu diperlukan intervensi program yang tepat untuk mengatasi kesenjangan antara gagasan dan realitas. 

"Langkah tersebut diperlukan sekaligus sebagai upaya untuk menyehatkan media digital, perbaikan kualitas jurnalisme dan penguatan civil society. Harapannya dengan media yang sehat percakapan di ruang publik akan lebih sehat,"  katanya  

Senior Rule of Law Government Relations Advisor USAID, Dondy Setya, mengatakan media menghadapi kondisi yang cukup berat. Ini karena kehadiran media sosial mendominasi pendapatan iklan (revenue), kehadiran influencer individu di platform media sosial, maraknya mis-disinformasi dan rendahnya literasi publik, yang mengancam kepercayaan masyarakat terhadap media.  

 

“Peluncuran riset ini diharapkan dapat memberi wawasan terbaru untuk menjawab pertanyaan eksistensial peran kritikal media beberapa tahun ke depan, khususnya media di daerah. Ini bentuk Dukungan USAID agar media tetap dapat menjalankan peran pentingnya,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement