Jumat 30 Jul 2021 06:09 WIB

Saat 4 Lembaga Koreksi Angka Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Dua lembaga global menurunkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Suasana proyek pembangunan gedung bertingkat di kawasan Jakarta Selatan
Foto:

Revisi Proyeksi Bank Mandiri

Bank Mandiri pun merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021. Hal ini sejalan dengan pemangkasan proyeksi oleh IMF yang memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 3,9 persen pada tahun ini, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,3 persen.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan implementasi PPKM darurat (level 3-4) memperkirakan dampak yang signifikan pada proses pemulihan ekonomi Indonesia yang telah terakselerasi pada semester satu 2021. 

"Kami memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 3,69 persen pada 2021, turun dari proyeksi sebelumnya 4,43 persen di tengah implementasi PPKM level 3-4," ujar Faisal dalam keterangan resmi seperti dikutip Kamis (29 Juli).

PPKM darurat level 3-4 seiring dengan akselerasi vaksinasi diharapkan dapat menekan laju penyebaran Covid-19, sehingga restriksi mobilitas yang ketat hanya akan mempengaruhi performa ekonomi pada kuartal tiga 2021. 

"Kami berharap PPKM darurat level 3-4 bisa terakselerasi kuartal empat 2021 dan pemulihan ekonomi bisa terakselerasi kembali," kata dia.

Faisal menyampaikan katalis positif bagi pemulihan ekonomi Indonesia pada semester dua 2021 di antaranya pemulihan ekonomi global yang diperkirakan lebih cepat. Pemulihan ekonomi global akan meningkatkan permintaan komoditas dan akan mengerek kinerja ekspor.

Inflasi masih dalam tingkat yang rendah dan stabil sejalan dengan daya beli masyarakat yang belum meningkat. Peningkatan belanja pemerintah pada semester dua 2021 dan percepatan program pemulihan ekonomi nasional akan menjadi pendorong perekonomian pada sisa tahun ini.

"Begitu juga dengan komitmen pemerintah dan Bank Indonesia yang akan tetap mempertahankan kebijakan yang akomodatif, serta kebijakan moneter yang mendukung pemulihan ekonomi," ucap Faisal.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani merevisi target pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 menjadi kisaran 3,7 persen sampai 4,5 persen yang turun dari proyeksi awal yaitu 4,3 persen hingga 5,3 persen, karena dampak dari penerapan PPKM Jawa-Bali. 

Respons Pengamat Ekonomi

Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira, pemangkasan proyeksi ekonomi sejalan dengan proyeksi ke bawah yang dilakukan lembaga lain.

“Saya prediksi downgrade outlook ini akan berlanjut sampai ada titik terang kapan PPKM akan berakhir dan ekonomi kembali dilonggarkan,” kata Bhima, Rabu (28 Juli).

Bhima menyebut proyeksi ke bawah IMF maka tingkat risiko pun meningkat dan akan memengaruhi outlook investor terhadap keputusan berinvestasi di Indonesia. Menurutnya, Nikkei recovery index menempatkan Indonesia urutan ke 110 dari 120 negara dalam hal pemulihan karena adanya pandemi.

“Mungkin butuh waktu sampai 2023 hingga pertumbuhan ekonomi kembali ke level pra pandemi yakni lima persen. Kita harus bersiap hadapi yang terburuk yakni pemulihan ekonomi Indonesia lebih lambat dibanding negara peers,” ungkapnya.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menambahkan proyeksi tersebut mendorong adanya second wave yang memaksa PPKM darurat memiliki dampak negatif terhadap ekonomi. 

“Konsumsi jelas akan menurun,” ucapnya.

CORE merilis proyeksi ekonomi Indonesia kisaran 2,5 persen sampai 3,5 persen pada tahun ini. Hal ini dinilai sudah sangat optimis karena pihaknya memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal dua, tiga, dan empat masih akan positif walaupun dihantam second wave. 

“Tetapi secara full year tidak akan lebih dari 3,5 persen,” kata Piter.

Pemulihan ekonomi akan dibantu kinerja ekspor yang meningkat karena kenaikan demand dan kenaikan harga. Dari sisi lain pertumbuhan impor masih terbatas. “Investasi masih tumbuh terutama pada sektor-sektor tertentu yang masih bisa berjalan baik di tengah pandemi,” kata Piter.

Ekonom CORE Yusuf Rendy Manilet menilai saat ini jika melihat coverage vaksinasi terhadap total populasi baru mencapai 12 persen. Jika melihat dari laporan pemberitaan juga beberapa daerah, stok vaksinasi juga mulai berkurang. 

Pola pergerakan masyarakat ke tempat ritel juga mengalami perlambatan. Penurunan aktivitas masyarakat ke tempat ritel secara tidak langsung akan ikut menekan laju konsumsi masyarakat.  

“Belajar dari pemberlakuan pembatasan sebelumnya, indeks penjual riil, salah satu indiaktor yang bisa dilihat untuk mengukur kinerja ritel, mengalami kontraksi pertumbuhan selama masa restriksi aktivitas masyarakat,” Yusuf menjelaskan.

Yusuf menyebut kondisi ini juga berpeluang akan kembali terjadi dalam penerapan PPKM darurat. Jika konsumsi ritel berkurang tentu ini pada akhirnya akan menekan konsusmsi masyarakat dan pada muaranya akan menekan laju pertumbuhan ekonomi.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement