Kamis 29 Jul 2021 20:00 WIB

DIY Disorot Luhut, Sebab Tingginya Angka Kematian Diungkap

Dari 34.732 kasus aktif di DIY, hanya 2.115 yang dirawat di rumah sakit.

Pasien Covid-19 menjalani perawatan di tenda darurat khusus Covid-19 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Yogyakarta.
Foto:

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyebut, pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan testing dan tracing Covid-19. Hal ini mengingat kasus Covid-19 di DIY masih terus menunjukkan peningkatan yang signifikan, bahkan positive rate di DIY sudah mencapai 41 persen.

"Kita memang mengejar (peningkatan testing dan tracing) itu ya, tapi juga harus tahu bahwa yang di-tracing tidak hanya kita yang tidak sehat, mereka yang diperkirakan berdekatan dengan orang yang kena Covid-19 itu juga di-tracing," kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (29/7).

Sultan menjelaskan, testing di DIY sendiri sudah melebihi standar yang ditetapkan World Health Organization (WHO). Bahkan, katanya, berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri, jumlah testing harian di DIY juga diklaim sudah memenuhi persyaratan.

"Keputusan WHO 15 per 1.000 penduduk (per pekan), jumlah testing kita sudah lebih dari ketentuan WHO. Untuk testing average 7.500 sekian, kalau itu dibandingkan WHO kita sudah memenuhi syarat," jelas Sultan.

Namun, berdasarkan peraturan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah testing di DIY belum mencukupi. Sultan menyebut, Kemenkes sendiri meminta agar testing mencapai 10 ribu spesimen per hari.

"Berarti kalau 10 ribu kita masih kurang, tapi kalau keputusan WHO dan Mendagri kita sudah memenuhi syarat. Bahkan kalau DIY 20 ribu per hari, ini masalah lagi, kan tenaganya tidak cukup untuk testing 20 ribu per hari karena prinsip makin (testing) banyak makin baik," ujarnya.

Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, pihaknya masih harus berdiskusi terkait dasar testing ini dengan pemerintah pusat. Saat ini, untuk testing di DIY sendiri menggunakan PCR dan rapid diagnostic (RDT) antigen.

"Baru mau kita diskusikan dengan Kemenkes, jadi yang dipakai dasar jumlah testing itu di NAR-nya untuk PCR (atau bisa antigen)," kata Aji.

Aji menuturkan, jika acuan untuk kasus positif yang digunakan PCR, maka laboratorium di DIY tidak cukup untuk mengejar jumlah testing yang ditentukan pemerintah pusat. Pasalnya, hanya ada 19 laboratorium di DIY baik itu milik pemerintah maupun swasta.

Kapasitas dari 19 laboratorium tersebut hanya sekitar 6.000 spesimen yang dapat diperiksa per harinya untuk PCR. Sementara, untuk kapasitas RDT antigen bisa mencapai 6.000 sampai 7.000 spesimen per hari.

"Percuma nanti teman-teman tracing kalau yang kita andalkan lab PCR saja, karena ada keterbatasan," ujar Aji.

 

photo
Infografis: Kasus sembuh dan meninggal jadi rekor pekan lalu - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement