REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Peneliti konsorsium Vaksin Merah Putih Universitas Airlangga (Unair) Ni Nyoman Tri Puspaningsih menjelaskan, dalam pengembangan Vaksin Merah Putih, pihaknya memerapkan dua metode, yakni metode inactivated virus dan adenovirus. Nyoman mengatakan, baik vaksin yang dikembangkan menggunakan metode inactivated virus maupun adenovirus, sama-sama dirancang untuk bisa melawan virus corona yang telah bermutasi, seperti virus varian delta.
"Dalam platfrom adeno kita mendesain untuk welltype yang dari Wuhan dulu dan yang mutan. Tampaknya chance-nya lebih baik kita pakai desain yang mutan. Karena (virus) yang Wuhan kan tidak ada sama sekali. Jadi ke depannya kami pakai desain yang mutan karena saat ini kan sudah varian delta," kata Nyoman, Selasa (27/7).
Nyoman meyakinkan, pengembangan Vaksin Merah Putih dengan metode inactiveted virus juga didesain bisa melawan virus corona yang telah bermutasi dari model pertamanta, atau dikenal virus corona Wuhan. Artinya, kata dia, Vaksin Merah Putih yang dikembangkan Unair diyakini bisa melawan virus varian baru, seperti varian delta.
"Dalam inactiveted juga virusnya pun sudah virus mutan. Kita sudah ada strategi untuk mengikuti perkembangan virusnya, jadi bukan Wuhan yang jaman lama itu. Jadi Insya Allah inactiveted juga bagus untuk melawan virus mutan termasuk varian delta," ujar Nyoman.
Sebelumnya, Rektor Universitas Airlangga (Unair) M. Nasih mengungkapkan, pengembangan Vaksin Merah Putih saat ini masih dalam tahap uji coba imunitas terhadap hewan makaka. Pengembangan Vaksin Merah Putih Unair terbilang lambat karena mengalami beberapa kendala. Utamanya terkait ketersediaan hewan makaka.
"Ya masih di tahap itu karena mengalami beberapa kendala. Hewannya susah dicari dan dari 40 makaka yang ada, tidak banyak yang layak uji," ujar Nasih.
Nasih mengakui, dari 40 hewan makaka yang didatangkan, hanya ada lima ekor yang lolos dan layak uji. Padahal, proses pencarian makaka itu pun berlangsung lama. Bahkan, kata dia, untuk menunggu kedatangan makaka saja memakan waktu berbulan-bulan.
Nasih menjelaskan, uji coba terhadap makaka itu merupakan uji tantang vaksin terhadap virus dengan medium hewan. Di mana hewan makaka diimunisasi dengan vaksin dan ditunggu satu bulan untuk kemudian ditantangkan dengan virus mutasi terbaru. Jika hasilnya virus mampu dideaktivasi, maka uji hewan dinyatakan berhasil.
Meski prosesnya sempat terkendala, Nasih optimistis pada September 2021, Vaksin Merah Putih Unair bisa masuk uji klinis. "Masih ada waktu lah ini. Kalau setelah ini tidak ada kendala lagi, uji hewan berhasil, ya September itu Insya Allah sudah bisa masuk uji klinis tahap satu lah," kata Nasih.