REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Guru Besar FKUI Tjandra Yoga Aditama memberi usulan kepada pemerintah terkait perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hingga 2 Agustus 2021. Ia optimis usulan ini mampu membantu efektivitas PPKM.
Prof Tjandra menyebut target nasional tes Covid-19 sebanyak 400 ribu per hari dan satu kasus ditelusur 15 orang harus segera dipenuhi. Ia mengamati dalam 22 hari PPKM selama ini hanya ada 2 hari yang testingnya lebih dari 200 ribu, yang lain masih angka 100 ribuan.
Prof Tjandra mengingatkan bahwa menemukan mereka yang positif pada tes dan telusur punya manfaat ganda, yaitu mengisolasi/karantina mereka dan agar mereka mendapat penanganan kesehatan. Lalu ia menganjurkan ada data tes dan telusur per Kabupaten/Kota.
"Kalau hanya angka nasional maka bisa bisa karena ada daerah yang tinggi sekali dan mungkin ada yang rendah sekali," kata Prof Tjandra dalam keterangan pers, Senin (26/7).
Prof Tjandra juga menyoroti pasar dan sektor informal lain yang dapat beroperasi di masa perpanjangan PPKM. Ia mengimbau pekerja sektor informal perlu terus diinformasikan kalau ada gejala dan kecurigaan tertular maka segera menghubungi petugas kesehatan untuk melakukan tes.
"Kalau ternyata kemudian ada yang positif maka tentu konsep telusur masif pada pedagang dan konsumennya (yang tentu sudah pulang ke rumah dll.) harus dilakukan secara amat rinci," ujar mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu.
Di sisi lain, Prof Tjandra mengkhawatirkan kemungkinan varian lain yang akan ada di Indonesia. Untuk ini, hal yang perlu dilakukan adalah meningkatkan pemeriksaan “Whole Genome Sequencing (WGS)” secara jauh lebih besar lagi agar dapat mengidentifikasinya
Data per tanggal 18 Juli 2021 dari GISAID -yang mengumpulkan semua sekuensing virus COVID-19 di dunia- menyebutkan bahwa sekuens yang dikirim dari Indonesia adalah sebanyak 3.206 genom. Adapun Filipina sudah mengirimkan 5.305 genom, Singapura sejumlah 3.481 genom dan India sudah memeriksa dan mengirimkan 35.868 genom.
"Tentu kita tidak perlu membandingkannya dengan Amerika Serikat yang sudah mengirimkan 634.825 genom, atau Inggris yang dengan 565.277 genom," sebut Prof Tjandra.