Jumat 23 Jul 2021 19:51 WIB

Relawan Satgas Ajak Warga Lindungi Kesehatan Jiwa Anak

BKR Satgas menggelar seminar "Melindungi Kesehatan Jiwa Anak di Tengah Pandemi"

Koordinator Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Andre Rahadian (kanan). Bidang Koordinasi Relawan (BKR) Satgas COVID-19 menggelar Seminar Nasional “Melindungi Kesehatan Jiwa Anak di Tengah Pandemi COVID-19” bertepatan dengan Hari Anak Nasional secara daring melalui aplikasi Zoom dan Youtube Live (23/7).
Foto: ANTARA/Dhemas Reviyanto
Koordinator Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Andre Rahadian (kanan). Bidang Koordinasi Relawan (BKR) Satgas COVID-19 menggelar Seminar Nasional “Melindungi Kesehatan Jiwa Anak di Tengah Pandemi COVID-19” bertepatan dengan Hari Anak Nasional secara daring melalui aplikasi Zoom dan Youtube Live (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bidang Koordinasi Relawan (BKR) Satgas COVID-19 menggelar Seminar Nasional “Melindungi Kesehatan Jiwa Anak di Tengah Pandemi COVID-19” bertepatan dengan Hari Anak Nasional secara daring melalui aplikasi Zoom dan Youtube Live (23/7). 

Acara Seminar Nasional ini mengundang tiga narasumember kawakan yang ahli di bidangnya, yaitu Asisten Deputi Khusus Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Dra. Elvi Hendriani, Psikolog Anak Dr. Seto Mulyadi, S.Psi, M.Si., dan Ketua Yayasan Peduli Sindroma Down Indonesia (YAPESDI) Dewi Tjakrawinata. Selain itu, turut hadir dan membuka acara Ketua BKR Satgas COVID-19 Andre Rahadian.

Andre Rahadian mengatakan kondisi pandemi ini merubah tatanan sosial bukan hanya pada aspek kesehatan, tetapi juga pada aspek sosial dan edukasi anak-anak dalam aktivitas keseharian. Dampaknya kemampuan pertumbuhan anak menjadi terhambat dan hal ini menjadi satu tantangan ekstra bagi orangtua dalam membimbing anaknya. 

Oleh karena itu, melalui acara Seminar Nasional bersama para narasumber ahli diharapkan dapat tercipta rumusan dan usulan action plan untuk menjaga kesehatan jiwa anak-anak terutama anak disabilitas. 

"Saya juga menitipkan pesan kepada keluarga Indonesia untuk terus taat menerapkan protokol kesehatan sebagai contoh positif untuk diadaptasi oleh seluruh anak-anak,” kata Andre Rahadian dalam sambutannya.

Seminar Nasional ini merupakan acara seminar kedua sebagai rangkaian Program Layanan Dukungan Psikososial (LDP) yang akan diselenggarakan di 11 Provinsi di Indonesia. Adapun tujuan acara ini adalah upaya promotif dan preventif untuk memberikan informasi serta edukasi terkait pentingnya peran orangtua dalam memberikan pelayanan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial kepada anak di tengah pandemi COVID-19. 

Selain itu, acara ini akan menjelaskan mengenai informasi perihal program dari Kementerian PPPA terkait dengan penanganan COVID-19 bagi anak-anak.

Elvi Hendrani sebagai narasumber pertama mengatakan, seyogyanya tanggungjawab dalam melindungi anak di era pandemi ini dilakukan secara bersama. Orangtua bertanggungjawab dalamhidup dan tumbuh kembang, negara berkepentingan untuk mendayagunakan sumber daya dalam melindungi anak dan haknya, masyarakat berpartisipasi dalam menerapkan tanggung jawab orang tua dan kewajiban negara, dan yang terakhir anak itu sendiri sebagai subjek yang harus sadar mengenai hak-hak yang diterimanya.

Menambahkan materi yang dilontarkan oleh narasumber sebelumnya, dalam paparannya Seto Mulyadi menekankan bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Namun, permasalahannya adalah di era pandemi ini akses pembelajaran dan bermain dibatasi sehingga anak-anak kini terpaksa untuk berinteraksi secara daring. 

Akibatnya anak-anak menganggap interaksi ini membosankan dan sulit, hal ini menyebabkan hasil belajar menjadi tidak optimal dan rentan mengakibatkan konflik dalam keluarga yang mampu berujung pada kekerasan terhadap anak.

“Dampaknya anak-anak menjadi gelisah, susah tidur, bosan, malas belajar, dan suka marah. Untuk menjawab permasalahan ini orang tua dan guru memegang peranan penting untuk mampu menciptakan suasana belajar yang lebih ramah anak serta membuat kurikulum pendidikan yang lebih berpihak pada hak anak. Lebih jauh lagi, diharapkan orangtua dapat menjadi sosok idola anak dengan mencontohkan sikap dan perbuatan yang bijak dan positif sesuai dengan zamannya. Saya yakin kita semua dapat belajar. Stop kekerasan dalam dunia pendidikan dan wujudkan impian kondisi rumah yang ramah anak” tambah Seto Mulyadi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement