Kamis 22 Jul 2021 20:15 WIB

Risiko Tinggi Intai Ibu Hamil yang Belum Divaksinasi

Pemerintah diminta segera melakukan vaksinasi bagi ibu hamil.

Petugas kesehatan beraktivitas di Ruang bersalin Isolasi Taman Cinta Puskesmas Kecamatan Duren Sawit, Jakarta, Rabu (23/12). Puskesmas Kecamatan Duren Sawit meresmikan ruang bersalin khusus ibu hamil terkonfirmasi Covid-19 hal ini bentuk upaya dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada ibu hamil khususnya yang positif Covid-19 sebelum dibawa ke RS Rujukan.Prayogi/Republika
Foto:

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy, mengatakan keprihatinannya atas banyaknya korban Covid-19 dari kalangan ibu hamil dan anak. "Saya terus terang akhir-akhir ini sangat prihatin karena banyak sekali korban Covid-19 baik dari korban sakit maupun meninggal, itu terjadi pada perempuan, khususnya ibu hamil dan anak," ujar Muhadjir dalam sambutannya di Anugerah KPAI 2021 secara daring di Jakarta, Kamis.

Muhadjir mengimbau masyarakat untuk membangun "sense of crisis" terhadap pandemi Covid-19 sebagai ancaman nyata yang belum ditemukan penanganannya. Dia meminta masyarakat tidak lengah dan menyepelekan infeksi virus tersebut.

Muhadjir mengakui pada awalnya dia mengira Covid-19 akan memilih-milih sasarannya, dan itu tidak termasuk anak-anak dan ibu hamil. Dia mengira anak-anak dapat memproduksi imunitas yang sempurna dan dapat melawan infeksi SARS-CoV-2.

Begitu pula dengan ibu hamil yang dia yakini memproduksi imunitas untuk bayi yang ada di dalam rahimnya. "Tetapi apa yang terjadi ibu hamil malah justru menjadi sasaran empuk dari Covid-19, anak-anak yang meninggal juga sudah cukup banyak, dan ibu hamil yang dalam keadaan positif Covid-19 akan melahirkan terpaksa dioperasi sesar," kata Muhadjir.

Menurutnya, ada banyak ibu hamil yang harus menjalani operasi sesar akibat positif Covid-19. Begitu juga pada bayi yang juga tertular dari ibunya.Hal yang paling membuat Muhadjir merasa sedih adalah ketika bayi yang dikandung ternyata positif Covid-19, tidak dapat berdekatan dengan ibunya. Namun harus masuk dalam inkubator dengan ventilator yang terpasang.

"Saya menyaksikan sendiri seorang bayi yang baru keluar dari rahim ibunya, harus masuk ke inkubator dan dipasang ventilator," ujar dia.

Guru Besar Ilmu Obgyn Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dwiana Ocviyanti, mengatakan ibu hamil memiliki risiko yang lebih tinggi daripada yang tidak hamil jika terpapar Covid-19. Apalagi, mereka yang mempunyai komorbiditas seperti anemia.

"Ingat. Sekitar 50 persen ibu hamil di Indonesia itu mengalami anemia, risikonya jauh lebih tinggi," ucapnya. Ia menambahkan jika ibu hamil terpapar Covid-19 dengan komorbiditas maka dapat membuat persalinan terjadi sebelum waktunya atau prematur.

"Itu bisa meningkatkan risiko stunting. Jadi bukan hanya masalah gizi, kalau ibunya sakit dan tidak mendapatkan oksigen yang cukup maka anak berpotensi mengalami stunting," ucapnya.

Stunting, lanjut dia, tidak hanya berdampak pada kondisi fisik anak, tetapi juga pada kemajuan bangsa mendatang."Karena anak yang stunting tidak hanya fisiknya saja yang terdampak, tapi otaknya juga tidak dapat berkembang secara optimal sehingga nantinya tidak bisa bersaing, termasuk dengan tenaga asing," ujar Dwiana Ocviyanti.

Negara dengan angka stunting yang tinggi, ia mengatakan, akan menjadi negara dengan ekonomi yang rendah."Maka kita harus berjuang untuk mengentaskan stunting," katanya.

Kendati demikian, Dwiana Ocviyanti mengatakan, bagi ibu yang sedang hamil, maka keluarga harus mendampingi agar jangan sampai mempunyai penyulit saat akan melahirkan. "Ibu hamil dan keluarga harus paham sedang berada di zona mana, laksanakan protokol kesehatan yang ketat," katanya.

photo
Ibu hamil di masa pandemi. - (Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement