Kamis 22 Jul 2021 10:23 WIB

Varian Delta Menyebar, Papua Bersiap Lockdown

Jumlah kasus Covid-19 di Papua melonjak drastis sepekan terakhir.

Petugas menutup liang lahat gunakan alat berat di pekuburan Covid-19, Buper Waena, Kota Jayapura, Papua, Selasa (20/7/2021). Data pihak berwenang setempat per 17 Maret-18 Juli 2021 menyebut dari 45 rumah sakit (RS) pemerintah dan 16 swasta di Papua total kasus meninggal dunia akibat Covid-19 berjumlah 634 orang dan Kota Jayapura masuk zona merah untuk kematian akibat Covid-19.
Foto: ANTARA FOTO/Indrayadi TH
Petugas menutup liang lahat gunakan alat berat di pekuburan Covid-19, Buper Waena, Kota Jayapura, Papua, Selasa (20/7/2021). Data pihak berwenang setempat per 17 Maret-18 Juli 2021 menyebut dari 45 rumah sakit (RS) pemerintah dan 16 swasta di Papua total kasus meninggal dunia akibat Covid-19 berjumlah 634 orang dan Kota Jayapura masuk zona merah untuk kematian akibat Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, Satgas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Merauke pada Senin (20/7) malam mendapatkan kabar dari Litbangkes Pusat, bahwa kasus Covid-19 varian delta kemungkinan telah menyebar di daerah itu. Hal itu berdasarkan uji sampel yang dikirim ke Jakarta sejak Juni lalu.

"Kami meminta masyarakat meningkatkan protokol kesehatan setelah Litbangkes Pusat memastikan varian delta menyebar di Merauke," kata Jubir Satgas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Merauke dr. Neville Maskita, Selasa.

Baca Juga

Neville mengaku tak kaget dengan hasil uji sampel Litbangkes Pusat. Pasalnya, pada Juli ini terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Merauke yang awalnya berasal dari pelaku perjalanan.

Hingga Selasa, sebanyak 421 orang positif Covid-19 dan sebagian besar menjalani isolasi mandiri ataupun terpusat. Pasien positif Covid-19 yang dirawat di RSUD Merauke ada 40 pasien dan meninggal 94 orang.

"Kami sudah menyurati pusat untuk meminta bantuan oksigen dan ventilator ke Kemenkes. Mudah-mudahan permintaan itu dikabulkan, karena sangat dibutuhkan mengingat lonjakan kasus yang terjadi, " kata Neville.

Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Provinsi Papua pekan ini juga mengonfirmasi bahwa varian delta sudah masuk di Mimika. Hal itu berdasarkan hasil pemeriksaan sampel spesimen usap yang dikirim ke Laboratorium milik Lembaga Eijkman di RSPI Sulianti Soroso, Jakarta.

Kepala Dinas Kesehatan Mimika Reynold Ubra di Timika, Senin (19/7), mengatakan, dari 20 spesimen usap pasien positif Covid-19 dari Papua yang dikirim ke Jakarta pekan lalu, 10 diantaranya terkonfirmasi merupakan varian delta. Di sisi lain, katanya, dalam pekan terakhir ini jumlah orang terpapar Covid-19 di Mimika pun melonjak drastis.

Bahkan, sejak 1 Juli hingga 19 Juli, tercatat sudah 19 warga Mimika meninggal dunia akibat terpapar Covid-19. Adapun pada Senin ini terdapat empat kasus kematian pasien Covid-19 di Mimika, satu diantaranya yaitu seorang misionaris Gereja Katolik yang sudah bertahun-tahun berkarya di Papua yaitu Pastor Henslok SCJ.

"Kita di Mimika sekarang ini memasuki fase kritis. Kami perkirakan ini akan berlangsung sampai pekan depan. Jumlah pasien yang masuk ke rumah sakit meningkat drastis, kebanyakan dengan kondisi berat dan kritis," kata Reynold.

Saat ini terdapat dua rumah sakit di Kota Timika yang menangani perawatan pasien Covid-19 yaitu RSUD Mimika dan Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) dilaporkan semakin kewalahan lantaran pasien Covid-19 yang datang untuk dirawat membeludak. Saat ini, katanya, terdapat sedikitnya 37 pasien dengan kondisi sedang dan berat masih menjalani perawatan di kedua rumah sakit itu.

Sebanyak 14 orang tenaga kesehatan (nakes) yang bertugas di RSMM Timika juga ikut tertular Covid-19 sehingga harus menjalani isolasi mandiri. Direktur RSMM Timika dr Joni Ribo Tandisau di Timika, Rabu (21/7), mengatakan, secara keseluruhan terdapat sekitar 30 staf RSMM yang tertular Covid-19.

"Kami berharap jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RSMM tidak bertambah banyak," kata Joni.

 

 

Di Jayapura, sejumlah rumah sakit yang menangani pasien Covid-19 saat ini dilaporkan mengalami krisis oksigen akibat persediaan terbatasnya.

"Memang benar sebagian besar rumah sakit mengalami krisis oksigen yang sangat dibutuhkan, khususnya pasien Covid-19," kata Jubir Satgas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Kota Jayapura Dr. Nyoman Antari, Selasa malam.

Selain krisis oksigen, krisis ruangan tempat merawat pasien Covid-19 juga terjadi akibat lonjakan warga yang terjangkit Covid-19. Banyak pasien yang terpaksa dirawat di tenda atau di luar IGD sambil menunggu ketersediaan tempat tidur di ruang perawatan.

Direktur RS Provita drg Fransca mengakui hingga Ahad (18/7) petang, persediaan oksigen hanya tinggal 26 tabung oksigen sementara saat ini merawat 44 pasien.

"Kami tidak bisa menolak pasien yang datang, namun petugas sudah diminta untuk memberitahukan kondisi yang dialami rumah sakit," kata Fransca.

Hal senada juga diungkapkan Direktur RS Dian Harapan dr. Ance Situmorang yang mengaku saat ini hanya memiliki 15 tabung oksigen. Saat ini, 50 pasien Covid-19 sedang dirawat, termasuk 12 yang dirawat di tenda karena keterbatasan ruangan.

Wadir RSUD Jayapura dr. Silwanus Sumule secara terpisah mengaku rumah sakitnya juga mengalami krisis oksigen akibat terjadinya lonjakan pasien Covid-19. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dok II Jayapura berencana memproduksi secara mandiri oksigen medis.

"Jadi pada minggu pertama Agustus kami akan memasang peralatannya dan minggu kedua mulai memproduksi oksigen medis sendiri," kata Direktur RSUD Jayapura dr. Aloysius Giyai.

Satgas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Kota Jayapura mengungkapkan, hingga Senin (19/7), tercatat 972 orang dirawat akibat positif Covid-19, sebanyak 197 orang diantaranya dirawat di LPMP Kotaraja. Secara kumulatif tercatat 10.453 orang positif, 9.278 orang sembuh dan 972 orang meninggal.

Gubernur Papua Lukas Enembe meminta kepada masyarakat di provinsi itu agar dapat melakukan persiapan dan mengantisipasi surat edaran gubernur yang akan datang terkait rencana menutup akses keluar-masuk atau lockdown. Juru Bicara Gubernur Papua Muhammad Rifai Darus di Jayapura, Selasa (20/7), mengatakan, direncanakan Pemerintah Provinsi Papua akan menutup akses keluar dan masuk, baik jalur penerbangan maupun perairan.

Menurut Rifai Darus, kebijakan ini akan dibahas dan dimatangkan lebih lanjut pada rapat evaluasi oleh Tim Satgas Covid-19 Provinsi Papua pada Rabu (21/7). Sebelumnya, pada Senin (19/7) Gubernur Papua Lukas Enembe beserta kepala daerah lainnya dari seluruh Indonesia menghadiri rapat terbatas melalui pertemuan virtual yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Usai rapat terbatas bersama Presiden tersebut, Gubernur Lukas Enembe selanjutnya pada hari yang sama mengumpulkan sejumlah pejabat Pemerintah Provinsi Papua. Dalam rapat tersebut dibahas rencana penutupan akses keluar-masuk Papua.

"Penutupan tersebut diperkirakan akan berlangsung pada 1 Agustus-31 Agustus 2021," katanya.

 

photo
Gejala Covid-19 terkait varian delta. (Republika)

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement