Senin 19 Jul 2021 11:23 WIB

Pak Jokowi, Tolong Tertibkan Komunikasi Politik Istana

Komunikasi Istana selama ini tidak jelas dalam koordinasi.

Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Foto:

Detil Presiden

Kembali ke soal PPKM Darurat. 

Kita mengapresiasi Jokowi yang menyampaikan empatinya pada wanita pemilik cafe di Gowa, Sulawesi Selatan. Wanita hamil itu dipukul Satpol PP saat razia PPKM Darurat. Sedetil itu Presiden mengamati peristiwa di lapangan.

Itu sebabnya kita tidak habis pikir mengapa komunikasi politik oleh sosok - sosok dari  halamannya sendiri tidak cepat dibenahi dan ditertibkan. Sedangkan program Vaksin Gotong Royong berbayar  saja langsung dihentikan Presiden karena bikin gaduh. Tidak mempertimbangkan sense of crisis oleh pelaksananya. Kurang apa? Presiden yang meluncurkan Presiden VGR itu, 18 Mei. Toh " dikanvaskan" juga  begitu paham duduk perkara kegaduhan yang timbul. 

Presiden Jokowi, salah satu kepala negara di dunia ini yang familiar dengan media sosial. Akunnya  memiliki follower besar, belasan juta. Niscaya beliau juga mengikuti dinamika netizen di dunia maya. Sekali dua  saya kira pernah memergoki juga celetukan dan ejekan netizen terhadap kinerja para pembantunya yang viral di medsos.

Ini seperti, meme tentang menteri perekonomian yang tidak memperlihatkan sense of crisis dalam urusan vaksin. Ada juga yang mempublish di medsos hobinya menonton sinetron dan film India.

Tentulah semua itu sangat mengganggu rasa keadilan masyarakat yang tengah  fokus pada  pandemi. Atau yang lebih parah : "dua sekawan" Lutfi dan Bahlil, menteri yang mempertontonkan diri tertawa - tawa  tanpa masker di Amerika Serikat.  Respons  Presiden langsung keluarkan  larangan bagi menteri bepergian ke luar negeri, kecuali Menlu. 

Ayo Pak Jokowi, segera benahi komunikasi politik Istana. Ini yang sangat mengganggu : banyak yang bicara atas nama ( dianggap mewakili ) Istana yang cuma menyakiti hati rakyat. Tidak bisa menahan diri. Gaya lebih aktifis ketimbang sebagai pegawai pemerintah. Seringkali menyerang pribadi tokoh- tokoh yang menyampaikan kritik demi perbaikan. 

Sama sekali tidak mencerminkan diri sebagai aparat  pemerintah di negara demokrasi. Yang gajinya dibayar oleh pajak rakyat, tapi rakyatnya kini secara merata sedang kesusahan. Dampaknya, bisa lebih merusak dari Covid19 itu sendiri. Musuh kita. Musuh seluruh bangsa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement