REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan kesediaan sejumlah negara maupun perusahaan swasta berskala besar untuk membantu Indonesia dalam memenuhi kebutuhan prasarana vital penanganan pasien COVID-19 di rumah sakit. "Nomor satu adalah oksigen. Ada yang pakai tabung, ada yang sudah terinstalasi dengan ranjang, atau memakai alat yang namanya oksigen konsentrator," katanya saat agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR RI yang dipantau secara virtual dari Jakarta, Selasa (13/7).
Budi mengatakan oksigen konsentrator seharga 500-800 dolar AS itu menjadi prioritas kebutuhan sebab lebih praktis dalam penggunaan. "Dia mengkonversi udara menjadi oksigen. Tinggal dicolokin langsung ke listrik dia konversi udara langsung menjadi oksigen medis dengan saturasi di atas 93 persen," katanya.
Budi melaporkan kebutuhan tabung dan oksigen di Indonesia mencapai 60 ribu hingga 70 ribu unit. Jumlah tersebut sudah termasuk okupansi lonjakan pasien mencapai 30 hingga 60 persen dari total kapasitas tampung rumah sakit.
Namun, pemerintah lebih memprioritaskan jenis oksigen konsentrator yang lebih praktis dalam pemakaian. "Karena secara logis, membawa tabung oksigen itu berat, susah dan berbahaya," ujar Budi.
Selain oksigen, kata Budi, Indonesia juga membutuh High Flow Nasal Cannula (HFNC) atau alat terapi oksigen beraliran tinggi serta ventilator dan bed monitor untuk pasien dengan sakit berat. Budi menambahkan pemerintah telah mengumpulkan para donatur luar negeri untuk membantu Indonesia dalam memenuhi kebutuhan peralatan tersebut.
"Dari Pemerintah Singapura membantu, pemerintah Australia membantu, kemudian juga yang akan masuk dari beberapa perusahaan swasta besar juga sudah membantu. Sehingga kita bisa membangun gerakan bersama-sama untuk menghadapi pandemi ini dengan melengkapi rumah sakit untuk bisa melayani pasien COVID-19," katanya.